"Praktis tidak ada tamu/wisatawan yang datang karena Candi Borobudur dan tempat wisata lain tutup akibat pandemi," ucap ibu dari seorang putra itu.
Namun tidak berselang lama, kata Tun, masyarakat justru mendapatkan "berkah" pandemi Covid-19. Pesanan kerajinan gerabah berupa wastafel (tempat cuci tangan) dan kendi tempat air bersih mengalir deras. Pesanan datang sejak pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang mewajibkan seluruh fasilitas publik menyediakan tempat mencuci tangan.
Di luar itu, media sosial turut andil dalam perkembangan wisata gerabah Klipoh Borobudur, terutama pascapandemi. Tun bercerita, sebagian besar pesanan maupun wisatawan yang datang tertarik belajar membuat gerabah karena melihat unggahan-unggahan di media sosial.
"Pandemi membuat kami berpikir, bagaimana gerabah Klipoh bisa bangkit, aktivitas wisatawan pulih? salah satunya adalah promosi lewat media sosial. Hampir sama dengan yang pernah bapak lakukan dahulu, bedanya sekarang lebih praktis pakai internet atau online," ungkap Tun.
Sebagai perajin, Tun berupaya agar gerabah Klipoh memiliki nilai (velue) tinggi, tidak sekadar barang yang murah. Apalagi ada nilai historis dengan keberadaan Candi Borobudur. Narasi-narasi yang dikemas dalam bentuk konten foto dan video di media sosial adalah cara efektif untuk menarik wisatawan.
"Kami punya akun di Facebook (FB), Instagram (IG), dan akhir-akhir ini kami pakai TikTok. Dampaknya luar biasa. Sebagian besar pesanan, terutama wisatawan itu tahu karena dari IG dan TikTok," lanjut Tun.
Baca juga: Contoh Benda yang Dihasilkan Perajin Gerabah
"Pernah ada (wisatawan) dari Padang datang, ketika saya tanya tahu gerabah Klipoh dari mana, dia bilang lihat TikTok," ungkap Tun senang.
Rata-rata kunjungan wisatawan ke galerinya bisa mencapai 1-7 rombongan per hari. Kunjungan lebih ramai setiap akhir pekan. Biasanya rombongan keluarga lewat agen travel maupun pribadi.
Salah satu Pengelola Desa Wisata Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Muhammad Jafar Qoir (27) atau yang akrab disapa Jepe mengakui internet adalah garda terdepan dalam pengembangan gerabah Desa Karanganyar, khususnya di Dusun Klipoh. Dari awalnya hanya dijual dalam bentuk barang kini menjadi destinasi wisata unggulan.
"Sebelum 2010 mulai berdatangan wisatawan, tapi belum ada paket, mereka datang, beli produk lalu pulang. Belum ada proses mengenalkan lebih luas. Nah, mulai 2013/2014, diinisiasi oleh Pak Supoyo bikin CD tentang kehidupan masyarakat gerabag di Desa Karanganyar," tutur Jepe.
Tahun 2015, lanjut Jepe, sebetulnya pengelola sudah mulai membuat konten-konten kegiatan produksi gerabah yang menarik. Ketika itu pemasarannya dikirim lewat email para agen travel. Selanjutnya, konten mulai berpindah ke media sosial dan website.
"Masyarakat luas tahu kehidupan masyarakat di Dusun Klipoh, Desa Karanganyar, dari internet sehingga menarik mereka untuk datang berbondong-bondong ke sini. Mereka tidak sekadar berberlanja tapi dapat edukasi, mereka bisa belajar membuat gerabah," kata Jepe.
Baca juga: Manfaat dari Benda Gerabah
Penjualan gerabah pun kini meluas sampai pasar ASEAN meliputi Malaysia dan Singapura. Tak jarang pula, wisatawan asing yang membawa produk gerabah Klipoh ke daerah asalnya.
Untuk paket wisata gerabah sendiri terbilang sangat terjangkau, yakni Rp 15.000 per orang untuk pelajar Magelang dan Rp 30.000 per orang untuk wisatawan umum baik domestik maupun mancanegara,
Presidensi G20 di Candi Borobudur, 11-13 September 2022 lalu menjadi momentum berharga bagi perajin gerabah Klipoh Desa Karanganyar.
Bagaimana tidak, mereka dipercaya penyelenggara untuk menyediakan souvenir beruba Klenting gerabah untuk para tamu atau delegasi negara-negara anggota G20.
Jepe menjelaskan Klenting adalah tempat air minum berukuruan kecil. Klenting dipilih sebagai simbol dari tema yang diangkat dan dibahas pada pertemuan G20 di Candi Borobudur, yakni tentang lingkungan dan budaya.
"Kami merasa terhormat dan beruntung karena dipercaya membuat souvenir untuk tamu G20, kami juga berkesempatan ikut pameran di area kegiatan di Candi Borobudur. Harapan kami, produk-produk gerabah Borobudur semakin diminati, berkembang tanpa meninggalkan kearifan lokal sebagai seni dan budaya warisan leluhur," ungkap Jepe.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.