Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di Hokeng NTT Keluhkan Anjloknya Harga Kopra

Kompas.com - 14/10/2022, 09:56 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Krisiandi

Tim Redaksi

LARANTUKA, KOMPAS.com - Sejumlah petani di wilayah Hokeng, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, mengeluh lantaran harga jual kopra turun drastis hingga Rp 4.000 per kilogram.

Padahal selama setahun terakhir hingga pertengahan September 2022 harga kopra dinilai masih cukup stabil, yakni sebesar Rp 10.000 per kilogram.

"Kami pikir harganya akan terus naik, tapi sekarang harganya malah turun jadi Rp 4.000 per kilogram," ucap Yustinus Kia petani di Desa Hokeng Jaya saat ditemui Kompas.com, Jumat (14/10/2022).

Baca juga: Petani Keluhkan Harga Kopra Turun, Jokowi: Naik Turunnya Harga Komoditas Sulit Diintervensi

Yustinus menyebutkan, harga tersebut sangat tidak sebanding dengan usaha dan pengorbanan para petani.

Apalagi sejak bahan bakar minyak (BBM) naik, harga sejumlah kebutuhan pokok ikut mengalami kenaikan.

"BBM boleh naik tapi harga komoditi petani tidak boleh turun. Kalau sudah seperti petani bisa apa," ujarnya.

Di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, sebutnya, harga kopra Rp 5.500 per kg, namun biaya transportasi yang mahal membuat mereka memilih menjual ke pengepul setempat.

"Kalau hitung-hitung lebih baik kita jual di sini saja. Kalau ke Maumere juga sama, selisihnya tidak terlalu jauh. Belum lagi biaya transportasi," ujarnya.

Senada dengan Yustinus, petani lainnya Robertus Bala mengungkapkan hal serupa. Ia berujar, anjloknya harga kopra membuat para petani merugi hingga puluhan juta.

"Mengolah kelapa jadi kopra bukan hal mudah. Butuh proses panjang. Wajar kalau petani mengeluh dengan harga yang ada saat ini," ucapnya.

Robertus mengaku, tidak mengetahui penyebab pasti anjloknya harga kopra. Ia berharap pemerintah bisa membantu petani untuk menstabilkan harga.

Kepala Desa Hokeng Jaya, Gabriel Bala Namang mengungkapkan, kelapa merupakan salah satu potensi yang dimiliki wilayah itu. Banyak petani yang mengandalkan kopra untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Baca juga: Pabrik Pengolahan Kopra Kelapa di Pangandaran Terbakar, Diduga karena Penggarangan Kelapa

"Kalau soal potensi kelapa sangat luar biasa, setiap tahun pasti selalu berbuah. Tetapi harganya yang selalu anjlok dan tidak menentu," ujar Gabriel.

Kendati demikian, Gabriel akan mencoba untuk berkoordinasi dengan pengepul setempat agar harga kopra yang dijual bisa disesuaikan.

"Saya coba undang dulu mereka untuk kita dialog kira-kira seperti baiknya ke depan. Karena bagaimana pun harga kopra sudah sangat anjlok dan petani kewalahan," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa harga sejumlah komoditas ditentukan oleh pasar internasional, termasuk harga komoditas kopra yang sedang mengalami penurunan.

Presiden menjelaskan, seperti halnya produk lain di pasar internasional, harga kopra juga ditentukan oleh mekanisme pasar yang sulit untuk diintervensi.

Baca juga: Koperasi Kopra Membantah Dianggap Mafia Tanah dalam Kasus Sengketa di Kemayoran

"Kopra ini kan komoditas yang harganya banyak ditentukan oleh internasional. Naik turunnya (harga) sebuah komoditas itu sulit diintervensi oleh pemerintah," ujar Jokowi dalam keterangannya usai meninjau Pasar Rakyat Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, pada Rabu (28/9/2022) sebagaimana disiarkan YouTube Sekretariat Presiden.

"Sama dengan CPO (crude palm oil)/kelapa sawit, sama seperti dulu waktu (harga) sawit jatuh, ya kita, karena itu komoditas internasional, kopra juga sama, karena masuknya sudah masuk ke pasar bebas," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejumlah Pemda Larang 'Study Tour', Pelaku Wisata di Magelang: Keputusan Aneh dan Reaksioner

Sejumlah Pemda Larang "Study Tour", Pelaku Wisata di Magelang: Keputusan Aneh dan Reaksioner

Regional
Mahakam Ulu Ditetapkan sebagai Tanggap Darurat Banjir hingga 27 Mei

Mahakam Ulu Ditetapkan sebagai Tanggap Darurat Banjir hingga 27 Mei

Regional
Diduga Dipaksa Cerai, Pria di Banyuasin Aniaya Kedua Mertua

Diduga Dipaksa Cerai, Pria di Banyuasin Aniaya Kedua Mertua

Regional
Pemuda di Tarakan Dianiaya hingga Tewas, Polisi Tetapkan Satu Tersangka

Pemuda di Tarakan Dianiaya hingga Tewas, Polisi Tetapkan Satu Tersangka

Regional
Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo, Pengungsian Dibuka 3 Hari

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo, Pengungsian Dibuka 3 Hari

Regional
Dampak Banjir Lahar di Sumbar, 450 Hektar Lahan Pertanian Alami Puso

Dampak Banjir Lahar di Sumbar, 450 Hektar Lahan Pertanian Alami Puso

Regional
Berkomitmen pada Zakat, Danny Pomanto Dinobatkan Jadi Duta Zakat Indonesia

Berkomitmen pada Zakat, Danny Pomanto Dinobatkan Jadi Duta Zakat Indonesia

Regional
Kronologi Ibu-ibu Tampar Anggota Polisi di Makassar, Tak Terima Lapaknya Ditertibkan

Kronologi Ibu-ibu Tampar Anggota Polisi di Makassar, Tak Terima Lapaknya Ditertibkan

Regional
Kembalikan Formulir Pilkada ke PDI-P, Wali Kota Semarang Sebut Kriteria Pasangannya

Kembalikan Formulir Pilkada ke PDI-P, Wali Kota Semarang Sebut Kriteria Pasangannya

Regional
Puncak Kemarau di Jateng Diprediksi Juli dan Agustus 2024, Waspada Cuaca Ekstrem

Puncak Kemarau di Jateng Diprediksi Juli dan Agustus 2024, Waspada Cuaca Ekstrem

Regional
Siswa SD Hilang pada Banjir Sumbar, Korban Sempat Tulis Puisi tentang Hutan

Siswa SD Hilang pada Banjir Sumbar, Korban Sempat Tulis Puisi tentang Hutan

Regional
Wakil Wali Kota Teguh Prakosa Daftar Jadi Bakal Cawalkot Solo di PDI-P

Wakil Wali Kota Teguh Prakosa Daftar Jadi Bakal Cawalkot Solo di PDI-P

Regional
Dampak Banjir Bandang Mahakam Ulu, Belum Ada Listrik Menyala di Ujoh Bilang

Dampak Banjir Bandang Mahakam Ulu, Belum Ada Listrik Menyala di Ujoh Bilang

Regional
Bawa Hasil Bumi dan Barongsai, Wali Kota Semarang Kembalikan Formulir Pendaftaran Pilkada ke PDI-P

Bawa Hasil Bumi dan Barongsai, Wali Kota Semarang Kembalikan Formulir Pendaftaran Pilkada ke PDI-P

Regional
Kronologi Ayah Banting Bayinya hingga Tewas di Empat Lawang, Ternyata Sering Lakukan KDRT

Kronologi Ayah Banting Bayinya hingga Tewas di Empat Lawang, Ternyata Sering Lakukan KDRT

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com