Salah satu penyintas yang selamat dari pintu 13 adalah Aulia Rachman (16).
Saat pertandingan, ia menonton dari tribun 14. Menurutnya Tribun 1 dan 2 serta Tribun 13 dan 14 yang berada di sebelah Tribun VIP memang kerap diisi para keluarga yang ingin menyaksikan Arema bertanding.
Seperti ribuan penonton lainnya, Aulia ikut menyelamatkan diri saat gas air mata ditembakkan ke arah tribun oleh aparat kepolisian.
Ia pun turun ke tangga keluar pintu 13. Ada 20 anak tangga yang harus dilewati. Pada bagian tengah, terdapat lantai datar sepanjang lebih satu mete.
Aulia mengenang saat di lantai datar tangga itu, para penonton berjatuhan dan saling menimpa.
Baca juga: Pintu Tribune 13, Saksi Bisu Hilangnya 131 Nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan...
“Pas [pada bagian] datar ada yang jatuh, lalu ketimpa dari atas dan macet di situ. Padahal ke bawahnya ke tangga tidak ada apa-apa. Jadi menumpuk di tengah.“
Aulia yang berada di tangga atas semakin terdorong ke arah tumpukan. Ketika berdesakan, gas air mata membuat mata Aulia perih dan tidak bisa bernafas.
"Rasanya saat itu seperti nafas di air, susah. Sedetik nafas, ambilnya [udara] sakit. Saya pasrah, kalau mati di sini tak apa-apa,” kenangnya.
Aulia yang terdesak kemudian jatuh tengkurap dan tertumpuk di antara korban lainnya.
”Saya tengkurap, masih sadar, banyak orang injak-injak di atas saya,” katanya. “Tambah banyak, ratusan yang tertumpuk di situ,” katanya.
”Saat itu saya masih sadar, di bawah saya ada orang, di bawah ada lagi, dan lagi. Saya lihat yang paling bawah [tumpukan] sepertinya sudah meninggal, pucat mukanya, anak remaja,” ujar Aulia.
Setelah kejadian itu, Aulia pingsan dan berhasil diselamatkan.
Baca juga: Jokowi Usai Tinjau Kanjuruhan: Sorot Pintu 13, Audit Stadion, dan FIFA
Pria asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, ini mengatakan, Sabtu itu, dua anaknya menonton Derbi Jawa Timur dari tribune di dekat pintu 13.
"(Anak saya) adiknya (Nayla) kayak orang diracun (keluar busa), kakaknya (Natasha) hitam keluar darah sampai meninggal, sampai di bajunya darah, posisi tidak bisa menyelematkan diri karena masih kecil," ujarnya, Rabu (5/10/2022).
Tragedi Kanjuruhan juga merenggut nyawa anak dan suami Elmiati.
Hari itu Elmiati dan suaminya datang ke Stadion Kanjuruhan untuk mengantar anak bungsunya berusia 3 tahun yang menggemari sepak bola.
Baca juga: Kesaksian Saksi Mata di Gate 13 Stadion Kanjuruhan
Saat penembakan gas air mata di tribun 13 tempat mereka menonton, Elmiati bersama suami yang menggendong anaknya berusaha menyelamatkan diri.
Mereka pun menelusuri tangga tribune ke arah pintu 13 untuk keluar yang ternyata sudah dipenuhi oleh penonton.
Elmiati dan keluarganya pun ikut berdesakan.
"Posisi saya ada di pinggir di tangga pegangan biru-biru (pegangan anak tangga) itu. Suami saya berada di dekat pintu gerbang. Suami saya berada di baris kedua dekat pintu gerbang (yang tertutup)," jelas dia.
Namun, karena banyaknya massa, Elmiati yang semula berada di belakang suaminya, terpisah. Tubuhnya pun tergencet.
Kala itu, Elmiati sudah pasrah dengan kehidupannya. Pernapasannya sesak akibat paparan gas air mata, sementara tubuhnya karena berdesak-desakan dengan banyak orang.
Di tengah kepasrahannya, tiba-tiba tubuh Elmiati ditarik orang lain agar terhindar dari desakan kerumunan.
Nyawa Elmiati terselamatkan. Namun, tidak dengan anak dan suaminya. Mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di dua rumah sakt berbeda pada Minggu (2/10/2022) dini hari.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Kisah Pilu Kuburan Massal di Pintu 13 dan 14