Indonesia termasuk salah satu negara dengan beban tertinggi TBC di dunia. Mengacu pada WHO Global Tuberculosis Report tahun 2020, 10 juta orang di dunia menderita TBC. Sedangkan tahun 2021, Indonesia berada pada posisi ketiga setelah India dan China. Estimasi TBC di Indonesia sebesar 824.000 kasus dengan kematian 98.000 jiwa dan setara 11 orang setiap jam.
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang penanggulangan TBC yang ditandatangani pada 2 Agustus 2021 memberi momentum. Pemerintah menargetkan untuk bisa mengeliminasi penyakit itu pada tahun 2030.
Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, Sarip Hidayat mengatakan, pemerintah menargetkan NTB bebas TB pada tahun 2025.
"Strategi kegiatan yang kita lakukan dalam eliminasi yaitu temukan kasus sebanyak-banyaknya dan obati sampai sembuh atau dikenal dengan TOSS TBC," kata Sarip yang ditemui Jumat (9/9/2022).
Baca juga: Bagaimana Penanganan dan Pencegahan Penyakit Tuberkulosis?
TOSS TBC merupakan salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien agar menghentikan penularan di masyarakat. TBC atau tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan adanya kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Penyakit infeksi yang menular dan juga dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru.
Selain itu, sebagai upaya pencegahan (preventif) pada anak-anak divaksin Bachile Calmette-Guerin (BCG).
"BCG untuk hindari kerentanan anak terkena TB namun bukan berarti bebas sama sekali tetapi lebih rendah risiko tertular," ucap Sarip.
Baca juga: Bagaimana Membedakan Batuk Tuberkulosis dengan Covid-19?
Langkah yang dilakukan pada tingkat puskesmas, menemukan gejala melalui investigasi kontak ke tempat berisiko seperti wilayah padat penduduk misalnya Lembaga Pemasyarakatan, orang yang menderita diabetes militus, orang dengan HIV/AIDS.
Di samping itu, ada juga investigasi kontak pada keluarga pasien yang masih aktif pengobatan TB dengan mengetes 20 orang yang ada di lingkungan keluarga. Hal itu karena ada risiko terjadi penularan pada orang sekitar dan harus segera mendapatkan penanganan.
Adapun ciri-cirinya antara lain orang yang menunjukan gejala batuk 2 minggu tak berhenti, sesak napas, berkeringat di malam hari tanpa beraktivitas. Sesuai tanda dan gejala TB dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap bakteri tahan asam atau tes cepat molekuler (TCM). Sayangnya alat tes itu tidak ada di semua kecamatan, hanya ada di RSUD Sumbawa dan UPT Puskesmas Unit I Sumbawa.
Kegiatan selanjutnya, edukasi dengan mengumpulkan orang pada suatu wilayah kemudian diberikan informasi terkait TB. Petugas akan memberikan pot skutum untuk mengetes dahak.
"Ketika positif TB, petugas akan jemput ke rumah warga atau pasien yang datang sendiri ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan gratis sampai sembuh," jelas Sarip.