KOMPAS.com - ALP, seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, diduga menjadi korban kekerasan 10 seniornya.
ALP babak belur dihajar sejumlah seniornya ketika sedang mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa Khusus (UKMK) Penelitian dan Pengembangan (Litbang).
Ibu ALP, MM (50) mengatakan, wajah anaknya itu babak belur dan tubuhnya lebam. Di wajah ALP juga ditemukan luka sundutan rokok.
Baca juga: Mahasiswa UIN Palembang Dianiaya Senior, Diduga karena Bocorkan Pungli Kegiatan Organisasi
Selain itu, ALP juga mengaku ditelanjangi oleh para senior.
Setelah itu, ALP dipaksa oleh para seniornya untuk membuat video permintaan maaf.
Wajah ALP dibedaki untuk menyamarkan bekas luka di wajahnya.
“Anak saya dipaksa, wajahnya dipakaikan bedak biar tidak terlihat memar. Video itu (permintaan maaf) dibuat setelah anak saya dipukuli,” kata MM, Senin (3/10/2022).
“Karena mereka (senior korban) menjadikan video tersebut sebagai bukti bahwa anak saya yang menyebar hoaks, padahal tidak seperti itu,” ujar MM menambahkan.
Tak sampai di situ, para senior mengancam akan memukuli ALP jika ALP melapor ke polisi.
“Anak saya juga sempat diancam seniornya kalau melapor polisi akan dipukuli lagi, sehingga saya merasa takut keselamatanya. Sekarang anak saya masih dirawat dia mengalami luka di tangan dan wajah,” ungkapnya.
Kakak ALP, ZL mengatakan, adiknya dihajar para senior karena membocorkan terkait dugaan pungutan liar (pungli) saat diksar yang digelar UKMK Litbang.
ALP menjadi panitia konsumi pada kegiatan diksar selama empat hari yang dimulai 29 September hingga 2 Oktober 2022 di Bumi Perkemahan Gandus, Palembang.
“Waktu dia jadi panitia, adik saya ini dituduh membocorkan rahasia organisasi soal pungli,” kata ZL, Senin (3/10/2022).
ZL menjelaskan, pungli yang dimaksud itu adalah adanya iuran Rp 300.000 kepada setiap peserta.
Padahal, para peserta sebelumnya telah membawa bekal masing-masing serta logistik selama kegiatan.