Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kompor Listrik, Pedagang Makanan Khawatir Rasa Masakan Berubah dan Tak Bisa Masak Banyak

Kompas.com - 26/09/2022, 18:50 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Konversi kompor gas menjadi kompor induksi atau listrik menuai kontroversi di tengah masyarakat. Pasalnya daya listrik yang besar menyebabkan biaya tagihan membengkak.

“Lagi-lagi kita yang kena imbasnya,” keluh Cak Yanto pemilik warung nasi goreng dan bakmi jowo saat ditemui KOMPAS.com di warungnya, Minggu (25/9/2022).

Diungkapkan, dengan pandemi Covid-19 dan kenaikan harga BBM cukup membuat usahanya terpuruk. Warung yang dulunya selalu diramaikan mahasiswa dan pekerja, kini sepi.

Baca juga: Cerita Ibu-ibu di Solo Memasak dengan Kompor Listrik, Daya Tak Kuat hingga Tak Bisa Cepat

Bila biasanya ia melayani pembeli hingga larut malam, sekarang pukul 10 malam sudah tutup lantaran tak ada pembeli.

“Kok ada-ada saja, ini BBM naik, bahan sayur juga naik, tapi kita mau naikin harga jualan ke pembeli nggak enak, ini malah nambah beban lagi,” tambahnya.

Ia mengungkapkan daya listrik yang digunakan saat ini sudah 1.000 watt lebih. Semunya sudah terpakai untuk kulkas, televisi, dan lainnya.

“Mau tambah berapa lagi nanti kalau ganti kompor listrik, tagihan nambah juga,” imbuh pedagang yang sudah berjualan selama 9 tahun itu.

Di samping itu, perubahan kompor dinilai mengubah cita rasa masakannya. Yanto bahkan membayangkan menggunakan arang lebih baik.

Baca juga: Wacana Konversi Kompor Listrik, Sejumlah Warga di Kota Yogyakarta Takut Listrik Padam

Pemilik Soto Pak Mul sepakat, kebijakan itu dinilai merugikan pedagang makanan. Pasalnya tagihan bulanan mahal, belum lagi kompor dan peralatan masak harus membeli baru.

“Kalau biayanya besar gitu, ya kita enggak jadi cari uang malah tombok,” keluh Mul.

Meski terbilang praktis, pihaknya tetap memilih menggunakan kompor gas.

Pemilik Tahu Bakso Ikan Bu Ning berkata hal senada, porsi masakan  yang banyak justru membuatnya semakin ragu memakai kompor listrik.

“Kami malah takut kesulitan produksi karena jumlah yang dimasak banyak,” jelas Ning.

Di samping itu, mereka sudah mulai merasa akses pembelian gas lebih sulit dari biasanya. Mereka harus memiliki toko langganan yang memberi stok gas secara rutin. Di luar itu, pedagang tak mudah membeli gas dengan spontan.

Ketiganya sepakat pemerintah mesti memberi subsidi yang layak bila memang ingin menerapkan kebijakan itu. Tak terkecuali kompor listrik dan peralatan masak baru. Sehingga pedagang kecil seperti mereka tidak semakin menderita.

“Ya silakan asal pemerintah mau menanggung semua biaya supaya jualan kita nggak rugi,” jelas Mul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com