"Pengeluaran nelayan sekali melaut sebanyak Rp 810.000 (untuk bensin dan oli). Itu belum pancing, baterai GPS. Makanya, sekarang nelayan harus menghasilkan (minimal) Rp 1,5 juta per hari biar mereka dapat upah untuk memenuhi kebutuhan dapur. Rp 1,5 juta itu wajib dapat, belum dibagi Anak Buah Kapal (ABK) kalau dapur masih mau ngebul," tambah Agus.
Baca juga: Nelayan Curhat ke Erick Thohir, Harga BBM Naik, Hasil Ikan Sedikit
Para nelayan berharap meski harga BBM naik dan sulit turun paling tidak dimudahkan untuk mereka untuk membeli.
"Harga sudah naik, namun ketersediaan terbatas ini sungguh menyulitkan nelayan. Apalagi jarak SPBU ke desa kami memakan waktu satu jam sulit bagi kami," jelas Cik Din.
Direktur Panji Riset dan Strategis Panji Suminar merespons keluhan nelayan sulitnya mengakses BBM karena jarak desa ke SPBU jauh menyarankan desa dapat mengalokasikan Dana Desa (DD) untuk membuat Badan Usaha Milik Desa (Bumde) khusus stasiun mini bahan bakar nelayan.
"Di tengah situasi sulit ini, desa harus kreatif desa punya dana desa, dana itu bisa dimanfaatkan misalnya membuat statiusn pengisian bahan bakar khusus nelayan. Perizinan bisa diusulkan ke pemerintah dan pertamina. Jadi nelayan terbantu dapat bahan bakar desa juga akan dapat keuntungan," ujar Panji Suminar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.