Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Keseimbangan" dalam Inersia, Tari Tradisional Lampung Bernuansa Kontemporer

Kompas.com - 12/09/2022, 09:08 WIB
Tri Purna Jaya,
Reni Susanti

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com - Aksi "penolakan" tidak melulu berarti negatif serta harus dilawan secara keras dan solid.

"Penolakan" bisa menjadi momentum untuk berkonsolidasi secara alami maupun mengambil pelajaran dari hal negatif tersebut.

Sedikit banyak pengalaman ini hendak dibagikan Kiki Rahmatika, seorang koreografer dan penari asal Lampung dalam karyanya berjudul "Inersia" yang ditampilkan di Lamban Akas, Bandar Lampung, Minggu (11/9/2022) sore.

Baca juga: Tari Suanggi: Latar Belakang dan Gerakan

Konsep penolakan yang tidak perlu dilawan ini diejawantahkan Kiki dalam bentuk tarian tradisional Lampung bernuansa kontemporer.

Sebuah kuali ukuran besar menjadi lantai Kiki menari. Gerakan-gerakan tari bertumpu sepenuhnya pada efek pendulum dari kuali.

Ketika kaki kiri menjejak, kuali bergerak miring dengan sisi tertinggi di sebelah kanan. Begitu juga ketika tubuhnya condong ke depan, sisi tertinggi kuali berada di belakang.

Secara garis besar, Kiki mengatakan, pertunjukan 13 menit yang ditaja bersama Hujan Hijau Dance-Lab ini mencoba menerjemahkan arti Inersia, yakni keseimbangan.

"Inersia ini merupakan sifat suatu benda untuk mempertahankan kedudukan, posisi dan keadaannya," kata Kiki, Minggu sore.

Riset sejak 2019

Kiki mengungkapkan, tari eksperimental ini tercetus ketika dia melakukan perjalanan dengan bus. Saat itu bus mengerem secara tiba-tiba, sehingga tubuhnya terdorong ke depan.

Momen "penolakan" kemudian dia rasakan saat bus kembali mengerem.

Baca juga: Tari Barong Asal Bali: Cerita, Properti, dan Fungsi

Dari situ, Kiki melakukan riset tentang konsep keseimbangan. Terhitung riset yang dilakukannya dimulai sejak 2019 hingga 2022.

Dalam riset ini, Kiki dimentori koreografer tari dunia di antaranya Arco Renz (Eropa), Nanako Nakajima (Jepang), dan Padmini Chettur (India).

"Kenapa kuali? Secara pribadi, kuali besar ini simbol dari tradisi di keluarga, awalnya saya pakai kuali milik ibu saya yang merupakan warisan dari nenek, tapi sudah pecah dipakai latihan," kata Kiki.

Gerakan pendulum dari kuali juga memungkinkan Kiki lebih mendalami bagaimana dia bernegosiasi dengan unsur "penolakan" itu.

Baca juga: 5 Tari Tradisional Sumatera Selatan, dari Tari Gending Sriwijaya hingga Tari Mare-Mare

Seperti bagaimana dia harus bersikap ketika hendak jatuh, atau menyesuaikan posisi ketika kuali bergerak.

"Penolakan bukan sesuatu yang harus disikapi negatif, kita bisa mendapatkan pelajaran dan awareness," kata Kiki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Regional
Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Regional
Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Regional
Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Regional
3 Tahun Bersembunyi Usai Membakar Rumah dan Sepeda Motor, 7 Pria di NTT Serahkan Diri ke Polisi

3 Tahun Bersembunyi Usai Membakar Rumah dan Sepeda Motor, 7 Pria di NTT Serahkan Diri ke Polisi

Regional
Jaksa Beberkan Dugaan Korupsi Kades Wailebe NTT yang Ditetapkan Jadi Tersangka

Jaksa Beberkan Dugaan Korupsi Kades Wailebe NTT yang Ditetapkan Jadi Tersangka

Regional
Perkembangan Situasi di Intan Jaya, TNI-Polri Berhasil Evakuasi Jenazah Warga yang Ditembak KKB

Perkembangan Situasi di Intan Jaya, TNI-Polri Berhasil Evakuasi Jenazah Warga yang Ditembak KKB

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Regional
Antisipasi Meroketnya Harga Pangan, Alokasi Pupuk Ditambah 9,55 Juta Ton

Antisipasi Meroketnya Harga Pangan, Alokasi Pupuk Ditambah 9,55 Juta Ton

Regional
KPU Sikka Tetapkan 35 Caleg Terpilih Periode 2024-2029, Ini Daftarnya

KPU Sikka Tetapkan 35 Caleg Terpilih Periode 2024-2029, Ini Daftarnya

Regional
Perempuan di Bawah Umur Diperkosa 7 Pria di Pantai, Sempat Dicekoki Miras

Perempuan di Bawah Umur Diperkosa 7 Pria di Pantai, Sempat Dicekoki Miras

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com