Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Mitos Sebabkan Tuli, Lebah Trigona Jadi Budidaya yang Menguntungkan

Kompas.com - 09/09/2022, 21:46 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

 

GORONTALO, KOMPAS.com –  Banyak masyarakat di Bone Bolango mempercayai bahwa madu trigona, lebah tanpa sengat (stingless bee) dapat menyebabkan ketulian.

Banyak warga percaya lebah mungil ini dapat masuk ke lubang telinga yang menyebabkan tuli, dan juga membuat lengket rambut jika hingga di kepala. Jika bertemu lebah ini warga cenderung menghindarinya.

Hal ini yang menjadi tantangan dalam pengembangan budidaya trigona yang dilakukan Pemerintah Desa Sogitia Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango.

Baca juga: Dinggung Rantau Pandan Bungo, Tradisi Memanen Madu di Jambi yang Nyaris Punah

Tawaran budidaya madu trigona ini awalnya berasal dari Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) kepada warga yang berada di desa penyangga kawasan konservasi, namun tidak ada orang yang mau mengambil tawaran ini.

“Kami sudah berusaha menyosialisasikan budidaya madu trigona ini, namun warga kurang merespon. Kami lakukan edukasi dan melawan mitos sejak tahun lalu,” kata Sumitro Lopuo, Ayahanda Sogitia.

Ayahanda adalah sebutan masyarakat Gorontalo untuk kepala desa atau lurah.

Upaya Sumitro Lopuo ini tidak sebatas ucapan dalam pertemuan, ia dan aparat desanya bahkan memberikan kotak-kotak kayu yang akan dijadikan rumah koloni lebah tak bersengat ini ke warga, namun upaya ini tidak membuahkan hasil. Setiap rumah diberikan 2 kotak, tapi warga tidak menerima.

“Masalahnya ya anggapan madu dari lebah trigona atau dalam bahasa kami disebut tahudu dipercayai dapat menyebabkan tuli, apalagi dikonsumsi anak-anak,” ujar Sumitro Lopuo.

Baca juga: Wakili Indonesia, Mahasiswa ITB Raih Perunggu di Asian Students’ Venture Forum 2022 Berkat Sarang Lebah Buatan

Upaya melayani masyarakat desanya ini tidak berhenti, Sumitro kemudian mendekati kumpulan anak muda putus sekolah dan belum bekerja.

Kepada mereka, Sumitro menjelaskan potensi keuntungan budidaya trigona.

Penyebab tuli

Dari komunikasi ini akhirnya terjaring 15 orang, kepada mereka inilah kemudian kotak-kotak lebah trigona ini dibagikan. Kotak kecil dari bahan kayu berukuran 30x10x15 cm dibagikan kepada mereka. Kotak-kotak ini hanya diletakkan di halaman rumah, diberi naungan agar tidak kehujanan atau kepanasan yang berlebihan.

Tidak sampai di sini Sumitro mengenalkan trigona ini, ia harus mencari koloni lebah di alam agar bisa dipindahkan ke kotak-kotak kayunya.

Ia datangi setiap rumah warganya, memeriksa bagian-bagian rumah jika ada lubang yang dihuni trigona.

Bahkan bagian belakang rumah seperti dapur dan kandang diperiksa untuk mendapatkan koloni lebah mungil ini.

Sumitro yakin banyak sekali koloni trigona di sekitar desanya, hanya saja warga masih memandang rendah satwa ini karena dianggap penyebab tuli.

“Kami mendapatkan beberapa koloni dan berhasil memindahkan ke kotak kayu. Kami juga sempat membeli koloni di Makassar per kotaknya Rp 750 ribu,” ucap Sumitro Lopuo.

Bibit lebah ini dikirim ke Gorontalo menggunakan jasa pengiriman pesawat, butuh 2 hari untuk sampai di Gorontalo.

Budidaya trigona ini merupakan upaya Pemerintah Desa Sogitia untuk memanfaatkan potensi desanya yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Jauh sebelum ada ide ternak trigona ini, sejumlah warga desa bahkan telah menjadi pencari madu liar di dalam kawasan konservasi ini.

Ternyata ternak trigona ini memiliki tantangan tersendiri, yaitu kehadiran semut. Semut ini dapat menyerang koloni yang menyebabkan trigona kabur meninggalkan kotak kayu.

Untuk mencegah kejadian ini, dibutuhkan pemeriksaan rutin dan segera menanganinya jika ada serangan.

Selain trigona yang baru diternak, sebagian warga Desa Sogitia juga dikenal sebagai pencari madu liar di di dalam belantara.

Setidaknya ada 3 orang yang secara tradisional mencari madu liar di tengah hutan, mereka mengandalkan alat sederhana untuk memanjat sarang lebah di atas pohon dan menurunkan madunya dengan hati-hati.

Keterampilan memanen madu liar ini didapat dari pengalaman bersama orangtua atau saudaranya.

Tidak semua orang memiliki kemampuan memanen madu liar, jika salah menanganinya akan terjadi serangan ribuan lebah.

Sengatan lebah dapat membahayakan manusia, apalagi yang berada di tengah hutan tidak segera mendapat penanganan medis.

Para pencari madu liar ini bisa menghabiskan waktu berhari-hari di tengah hutan untuk mengumpulkan madu sebelum balik ke desanya.

Jelajah mereka tidak hanya di sekitar hutan yang berdekatan dengan desa, bahkan di hutan yang masuk wilayah kabupaten lain pun dijalani.

Permintaan madu yang tinggi dan memiliki harga jual yang baik ini menjadi daya tarik para petani desa mengembara mencari koloni lebah liar.

Pemerintah desa kemudian mencari upaya lain yang dapat dilakukan warganya agar bisa memberi pekerjaan dan penghasilan kepada warganya.

Upaya ini bertemu dengan kepentingan Balai TNBNW yang juga memprogramkan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa penyangga.

Akhirnya disepakati untuk mengembangkan ternak trigona. Lebah ini sangat mudah dikembangkan.

Cukup menyediakan pakannya berupa bunga-bunga di sekitar rumah, trigona akan terbang mencari nektar dan menyimpannya dalam kotak-kotak kayu.

“Kami mengemabngkan trigona jenis biroi yang memiliki madu manis asam. Saat ini sudah ada 50 kotak yang dikelola anak muda, dalam 3-4 bulan lagi mereka akan panen perdana,” ujar Sumitro Lonuo.

Baca juga: Minta Burung Pengisap Madu Rote Dilestarikan, Wamen LHK: Di Indonesia Hanya Ada di NTT

Dukungan ternak trigona ini juga diberikan Balai TNBNW dengan menyerahkan peralatan yang dibutuhkan para petani lebah trigona yang tergabung dalam Kelompok Tani Pohalaa.

“Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki 117 desa penyangga, salah satunya adalah desa Sogitia. Kami memberikan hibah untuk pengembangan ternak lebah, semoga ini dapat memudahkan bekerja, memacu produksi dan meningkatkan kesejahteraan,” kata Supriyanto Kepala Balai TNBNW.

Menurut Supriyanto, pasar madu sangat bagus, bahkan harganya sangat baik. Di sisi lain ternak trigona bisa dilakukan oleh siapa saja dengan memanfaatkan kebun yang ada. Kotak-kotak kayu bisa dibuat oleh warga lokal.

Dukungan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran warga dalam menjaga lingkungan, termasuk pelestarian kawasan konservasi di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Dengan beternak lebah ini diharapkan warga akan menjaga habitat hidup satwa ini dengan menyediakan aneka tanaman berbunga.

Warga yang telah memiliki penghasilan  dan mampu meningkatkan kesejahteraan akan lebih fokus mengembangkan usahanya. Mereka juga akan melestarikan hutan yang berada di desa mereka.

Madu trigona di Gorontalo saat ini dijual dengan harga Rp150 ribu untuk kemasan 350 gr, untuk madu Apis dorsata dijual dengan harga Rp100 ribu kemasan 350 gr dan 150 ribu kemasan 500 ml.

Untuk madu lebah Apis dorsata, Sumitro Lopuo bekerjasama dengan para pencari madu liar yang berjumlah 25 orang. Mereka mencari madu di dalam hutan.

Permintan madu liar ini sangat tinggi, tidak hanya dijual dalam kemasan, petani madu ini juga menjual grosir atau curah. Sudah ada ribuan kilogram madu Apis dorsata yang telah dikirim, teruma ke Sulawesi Selatan dan Kalimantan. Untuk curah, ia mematok harga Rp200 ribu perkilogramnya.

Madu ini diminati warga Kota Gorontalo dan sekitarnya, pasarnya sangat bagus, bahkan sudah dipasarkan ke berbagai kota di Pulau Sulawesi.

“Ada juga pesanan dari luar negeri, dari Malaysia” ujar Sumitro Lopuo.

Sumitro mengungkapkan, ada desakan dari beberapa petani madu di luar daerah yang menganggap harga jual madu Gorontalo terlalu rendah.

Mereka mendesak petani madu Sogitia untuk menaikkan harga jualnya.

“Harga jual madu kami dianggap paling murah, mereka keberatan dan meminta kami menaikkan harga,” ujar Sumitro.

Sumitro menjelaskan, harga madu di Manado untuk kemasan 460 ml dijual dengan harga Rp 250 ribu, sementara di Gorontalo kemasan 500 ml hanya dijual Rp 125 ribu.

Akibat perbedaan harga yang menyolok ini, ia mengaku sering diprotes pedagang luar daerah.

“Sekarang sudah kami naikkan madu 500 ml dengan harga Rp150 ribu untuk eceran, itupun kami masih diprotes. Akhirnya kami jelaskan bahwa daya beli masyarakat Gorontalo tidak sebaiknya Manado atau Makassar,” tutur Sumitro.

Tantangan lain yang harus dihadapi Sumitro adalah menguatkan pemahaman masyarakat tentang khasiat madu, para konsumen harus selalu diedukasi tentang khasiat madu alami.

Kini warga Desa Sogitia mulai mengenal ternak madu trigona, lainnya juga masih mencari madu liar di hutan. Cairan yang memiliki rasa manis khas ini mempunyai khasiat bagi kesehatan.

Dengan beternak lebah trigona dan memanfaatkan hutan untuk mendapatkan madu lair, warga tidak perlu lagi menebang kayu atau membuka ladang di dalam kawasan konservasi. 

Menjaga hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone akan berdampak pada penghasilan mereka, memberi harapan baru untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mobil Pikap Angkut 20 Penumpang Terbalik di Mataram, 8 Orang Luka-luka

Mobil Pikap Angkut 20 Penumpang Terbalik di Mataram, 8 Orang Luka-luka

Regional
Tabrakan Sepeda Motor yang Dikendarai 4 Remaja di NTT, 1 Tewas dan 3 Luka

Tabrakan Sepeda Motor yang Dikendarai 4 Remaja di NTT, 1 Tewas dan 3 Luka

Regional
Pengamat: Penambahan Rombel dan Sekolah Gratis di Kota Tangerang Bisa Jadi Solusi asalkan Transparan

Pengamat: Penambahan Rombel dan Sekolah Gratis di Kota Tangerang Bisa Jadi Solusi asalkan Transparan

Regional
Seorang Driver Ojol di Malang Bunuh Diri Lompat ke Rel Kereta Api, Tubuh Terseret 200 Meter

Seorang Driver Ojol di Malang Bunuh Diri Lompat ke Rel Kereta Api, Tubuh Terseret 200 Meter

Regional
Tak Hanya Antar Obat, Ojol Lokal Ini Layani Jaga Pasien di RS

Tak Hanya Antar Obat, Ojol Lokal Ini Layani Jaga Pasien di RS

Regional
Tersangka Penganiayaan Bos Rental Mobil di Pati Bertambah 1 Orang, Ini Perannya

Tersangka Penganiayaan Bos Rental Mobil di Pati Bertambah 1 Orang, Ini Perannya

Regional
Pemkab Flores Timur Segera Tetapkan Siaga Darurat Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Pemkab Flores Timur Segera Tetapkan Siaga Darurat Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Regional
Kapal Mati Mesin di Perairan Pulau Sukun NTT, 18 Penumpang Selamat

Kapal Mati Mesin di Perairan Pulau Sukun NTT, 18 Penumpang Selamat

Regional
Diduga Ada Monopoli dari Penentuan Harga Tiket Penyeberangan Batam-Singapura

Diduga Ada Monopoli dari Penentuan Harga Tiket Penyeberangan Batam-Singapura

Regional
Kasus Bupati Halmahera Utara Kejar Mahasiswa Pakai Parang, Polisi Periksa 9 Saksi

Kasus Bupati Halmahera Utara Kejar Mahasiswa Pakai Parang, Polisi Periksa 9 Saksi

Regional
Pilkada 2024, KPU Sikka Ingatkan PPK dan PPS Kerja Sesuai Aturan

Pilkada 2024, KPU Sikka Ingatkan PPK dan PPS Kerja Sesuai Aturan

Regional
PPDB SMA/SMK Jateng Dibuka, Jalur Zonasi Wajib Domisili KK Minimal 3 Tahun

PPDB SMA/SMK Jateng Dibuka, Jalur Zonasi Wajib Domisili KK Minimal 3 Tahun

Regional
Diduga Palsukan Tanda Tangan Perangkat Desa, Kades di Aceh Ditangkap

Diduga Palsukan Tanda Tangan Perangkat Desa, Kades di Aceh Ditangkap

Regional
2 Pemuda di Sragen Dikeroyok 20 Pemuda, 3 Jadi Tersangka

2 Pemuda di Sragen Dikeroyok 20 Pemuda, 3 Jadi Tersangka

Regional
6 Kambing Warga Magelang Dicuri, Salah Satunya untuk Kurban

6 Kambing Warga Magelang Dicuri, Salah Satunya untuk Kurban

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com