Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kain Tenun NTT: Proses Pembuatan, Jenis , Fungsi, dan Motif

Kompas.com - 08/09/2022, 19:23 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki kain tradisional, yaitu tenun. Pembuatan kain Tenun NTT dikembangkan oleh setiap suku di NTT, secara turun temurun.

Kain tenun NTT dipandang sebagai benda berharga milik keluarga yang bernilai tinggi.

Pembuatan kain tenun NTT dilakukan dengan tingkat kesulitan tinggi. Hal ini karena, tenun dibuat dengan tangan dalam waktu yang tidak singkat.

Nilai tenun yang tinggi membuat harga kain tenun NTT dapat mencapai ratusan juta rupiah.

Kain Tenun NTT

Proses Pembuatan Kain Tenun NTT

Proses pembuatan kain tenun NTT diawali dengan pemintalan kapas menjadi benang dan diikat. Kemudian, benang dicelupkan dalam pewarna

Tahap selanjutnya adalah pencelupan benang pada pewarna yang terbuat dari akar pepohonan.

Setelah, warna benang merata baru dilanjutkan dengan proses penenunan.

Biasanya, motif kain tenun mencerminkan alam, hewan, serta benda-benda lain yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia.

Namun saat ini, banyak kain tenun yang dibuat dari benang sintetis supaya dapat menjangkau pasar lebih luas.

Baca juga: Mengenal Kain Tenun Ikat Tanimbar

Jenis Kain Tenun NTT

Menurut proses produksinya, kain tenun NTT dibagi dalam beberapa jenis, yaitu tenun buna, tenun ikat, dan tenun lotis atau sotis atau songket.

Tenun ikat adalah kain tenun yang proses pembuatan motif dilakukan dengan cara pengikatan benang.

Dalam tenun NTT, benang lungsi yang akan diikat untuk menghasilkan motif tertentu.

Benang lungsi adalah benang yang memanjang ke arah kain, sedangkan benang pakan adalah benang yang melintang ke arah lebar kain.

Tenun buna adalah menenun untuk membuat corak atau motif pada kain dengan menggunakan benang yang sudah diwarnai terlebih dahulu, sehingga menghasilkan motif yang indah.

Dosen Universitas Indonesia (UI) diketuai Fibria Indriati melakukan kajian pada kain tenun NTT yang  telah berjalan selama setengah tahun, mulai dari pertengahan tahun 2018.Dok. UI Dosen Universitas Indonesia (UI) diketuai Fibria Indriati melakukan kajian pada kain tenun NTT yang telah berjalan selama setengah tahun, mulai dari pertengahan tahun 2018.

Tenun lotis atau yang kerap disebut songket, proses pembuatannya mirip dengan tenun buna, namun identik dengan warna dasar gelap, seperti cokelat, hitam, biru tua, dan merah hati.

Umumnya para pengrajin menggunakan pewarna alami dari kunyit, mengkudu, tauk, dan tanaman lainnya.

Namun saat ini, banyak pengrajin yang menggunakan pewarna kimia, karena mempercepat proses pengerjaan, tahan luntur, tahan gosok, dan warnanya beragam.

Baca juga: Kain Tenun Donggala: Latar Belakang, Motif, dan Warna

Fungsi Kain Tenun NTT

Dahulu, kain tenun digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti pakaian.

Kemudian, kain tenun berkembang untuk kebutuhan adat, seperti upacara, perkawinan, tarian, dan pesta.

Kini, kain tenun juga dapat digunakan sebagai selendang, sarung, selimut, hingga pakaian

Motif Kain Tenun NTT

Pada masyarakat NTT, motif kain tenun dapat mencirikan asal pemakainya. Karena, dalam kain tenun itu tergambar ciri khas suatu suku atau pulau tertentu.

Motif tenun merupakan wujud kehidupan masyarakat dan bentuk ikatan emosional masyarakat itu.

Masyarakat NTT akan bangga menggunakan kain tenun asal sukunya, sebaliknya mereka akan merasa malu dan canggung menggunakan tenunan dari suku lain.

Contohnya, Sumba Timur memiliki motif tengkorak. Motif tenun dari Maumere berupa hujan, ranting, dan pohon.

Diperkirakan, motif-motif itu terinspirasi dari alam sekitar tempat tinggalnya.

Baca juga: Oleh-oleh Khas NTT, Kain Tenun Ikat yang Bisa Dibawa Pulang dari Labuan Bajo

Setiap kerajaan, wilayah, suku, dan pulau akan menciptakan sejumlah motif khas pada tenunannya.

Motif-motif tersebut diajarkan pada anak cucu agar lestari dan terjaga.

Sumber:

bobo.grid.idejournal.unp.ac.id, dan www.indonesia.go.id

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Regional
50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

Regional
Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Regional
Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Regional
Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Regional
Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Regional
Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Regional
Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Regional
Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Regional
PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

Regional
Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Regional
APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

Regional
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Regional
Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Regional
Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com