KOMPAS.com - Waldjinah adalah penyanyi keroncong Jawa. Ia menyanyi lagu keroncong sejak kecil hingga kini ia dikenal sebagai Ratu Keroncong Indonesia.
Waldjinah dilahirkan di Kampung Mangkuyudan, Surakarta pada 7 November 1943.
Ia adalah anak bungsu dari pasangan Wiryo Raharjo dan Kamini. Sang ayah adalah karyawan perusahaan batik, sementara snag ibu adalah pedagang pecel.
Dalam tulisan Waldjinah dan Perjalanan Karier Bermusik Tahun 1965-2013 dijelaskan jika nama Waldjinah memiliki arti anak kesepuluh yang dilahirkan pada bulan Syawal. Wal dari kata syawal dan jinah dalam bahasa Jawa berarti sepuluh.
Baca juga: Lokananta, Lorong Waktu Sejarah Musik Indonesia, Masih Simpan Suara Asli Soekarno
Ia memiliki tujuh saudara laki-laki dan dua saudara perempuan.
Sejak kecil, bakat Waldjinah menembang sudah terlihat. Pak Marjo, guru kesenian Waldjinah yang melihat bakat anak didiknya.
Ia yang kemudian melatih Waldjinah menyanyikan lagu-lagu langgam.
Riwayat pendidkan formal Waldjinah adalah masuk ke Skeolah Rakyat arau SR di usia 6 tahun.
Keinginan Waldjinah menjadi penyanyi ditentang oleh sang kakak, Munadi yang memiliki istri bernama Sarbini, seorang biduan keroncong.
Walau memiliki perkumpulan keroncong, Munadi melarang adiknya untuk bernyanyi keroncong.
Waldjinah kecil pun kerap diam-diam mendengarkan kakak iparnya untuk belajar bernyanyi.
Hingga kelas IV SD, Waldjinah mendapatkan izin sang kakak untyk bergabung ke perkumpulan keroncong miliknya.
Saat itu Waldjinah menjuarai lomba macapat se-Karesidenan Surakarta.
Baca juga: 4 Alat Musik Ritmis Tradisional, dari Tifa hingga Gong
Ia pun menang dan mendapat kesempatan siaran musik keroncong di RRI Surakarta.
Pada usia 15 tahun, tepatnya 15 Mei 1998, Waldjinah dinobatkan sebagai Ratu Kembang Kacang dalam festival mempertandingkan penyanyi wanita dengan lagu wajib Kembang Kacang.
Festival ini diselenggarakan RRI Surakarta dengan Perusahaan Film Naisonal Indonesia milik Umar Ismail.
Acara tersebut digelar untik promosi film Perfini, Delapan Penjuru Angin yang dibintangi artis Chitra Dewi. Kala itu lagu Kembang Kacang sebagai ilustrasi lagu utama.
Waldjinah pun tampil di bioskop yang memutar film itu di Jakarta. Sejak saat itu, Waldjinah dibanjiri undangan bernyanyi di berbagai acara.