Asal-mula rumah makan Padang atau lapau dapat ditelusuri sampai pertengahan abad ke-19.
Saat itu, Padang sebagai ibu kota daerah administratif Gouvernement van Sumatra's Weskust juga menjadi pusat ekonomi.
Sehingga, semua hasil bumi yang layak dijual ke mancanegara harus di bawa ke Padang terlebih dahulu dan sebaliknya semua barang kebutuhan daerah harus didatangkan dari Padang.
Untuk memudahkan pengiriman barang, pemerintah Belanda membangun jalan di wilayah Sumatera Barat.
Baca juga: Tradisi dan Ciri Khas Nasi Padang, Hidangan Favorit di Expo 2020 Dubai
Saat itu, sarana transportasi yang digunakan adalah kuda atau pedati. Dalam setiap perjalanannya, kuda harus istirahat.
Tempat istirahat dibagi menjadi beberapa etape (atau tahap pemberhentian). Sepanjang jalan dari Padang hingga Bukittingi terdapat enam etape.
Setiap etape tersedia tempat peristirahatan untuk pejabat Belanda dan penginapan untuk penuntun kuda atau sais pedati.
Penginapan itu juga berfungsi sebagai warung maupun kedai nasi. Itulah, asal mula rumah makan Minangkabau di pinggir jalan.
Sementara, perkembangan rumah makan Minangkabau di luar Sumatera Barat ditemukan sekitar awal abad ke-20.
Rumah makan Minangkabau itu tersebar luas sekitar akhir 1960 an, terkait dengan eksodus masyarakat Minangkabau pasca PRRI.
Fakta berikutnya hampir semua laki-laki Minangkabau pantai memasak sehingga memudahkan saat akan mendirikan rumah makan.
Nasi padang merupakan nasi dengan sejumlah lauk, kuah kental, dan sayuran.
Ciri khas menu nasi padang adalah gulai yang berisi kol, nangka muda, dan kacang panjang.
Setelah itu, nasi padang dapat ditambahkan sejumlah lauk yang diolah dengan masakan khas padang.
Baca juga: Resep Lado Mudo Khas Padang, Sambal Ijo Pendamping Rendang
Gulai berwarna kuning yang diolah dengan cita rasa sedikit asam.