SALATIGA, KOMPAS.com - Tak hanya soal seni, tanaman bonsai ternyata memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Para petani bonsai pun tetap bertahan melakukan budidaya karena tanaman ini dinilai bisa menjadi sumber mencari nafkah.
Seperti Boni, petani bonsai dari Grobogan. Dia telah melakukan budidaya sejak 2013, dan setiap bulan mampu menjual satu hingga dua bonsai.
"Memang tidak pasti penjualannya, tapi setiap bulan pasti laku," kata Boni, di acara Kontes dan Pameran Bonsai Lokal Piala Wali Kota Salatiga yang diadakan di halaman kantor Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, pada Rabu (24/8/2022).
Baca juga: Berubah Jadi UIN Salatiga, Peluang Terbuka untuk Berkenalan dengan Sains dan Teknologi
Dia mencontohkan, bonsai anting putri miliknya yang telah ditawar Rp 95 juta.
"Belum deal, karena saya minta Rp 150 juta. Ini memang unik karena perawatan dan prosesnya lama, enam tahun lebih," kata Boni.
Boni mengungkapkan, harga bonsai jika dilihat sepintas memang mahal. Namun, itu sebanding dengan prosesnya.
"Merawat bonsai itu intinya sabar, yang sulit itu memang konsistensinya. Bisa dua tahun atau 10 tahun, tergantung hasil yang ingin dicapai," papar dia.
"Kalau untuk perawatan ya biasa seperti pohon lainnya. Penyiraman dua kali sehari, pemupukan enam bulan sekali, bisa pakai pupuk lokal atau impor," kata Boni.
Kesulitan merawat bonsai, lanjut dia, karena bonsari berasal dari pohon yang merupakan barang hidup.
"Ini kan harus sabar dan telaten, butuh waktu. Namun, jika sudah berhasil maka harganya bisa maksimal," ungkap dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.