BIMA, KOMPAS.com - Puluhan desa yang tersebar di sejumlah Kecamatan di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), mulai mengalami krisis air bersih menyusul musim kemarau saat ini.
Warga kini hanya mengandalkan bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) lantaran sumber air mereka sudah menyusut.
Untuk bisa mendapatkan air, warga harus rela antre sambil membawa ember dan jeriken ke mobil tangki BPBD berkapasitas 5.000 liter.
Kondisi itu dialami warga Desa Belo, Kecamatan Palibelo. Warga di sana mengaku sudah tiga pekan terakhir kesulitan mendapatkan air bersih.
Baca juga: 10 Bulan Menghilang, Pria di Bima Ditemukan Jadi Tengkorak, Dikenali dari Parang dan Pakaian
Muhtar, warga setempat mengaku terpaksa menggunakan air bantuan dari pemerintah untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan memasak.
Ia pun mengaku sangat terbantu dengan droping air bantuan tersebut.
"Dampak kekeringan yang melanda desa kami membuat kami kesulitan mendapat air bersih. Kami berterima kasih atas bantuan BPBD, di mana bantuan air seperti ini sangat membantu kami untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Muhtar saat ditemui, Rabu (24/8/2022) siang.
Muhtar mengatakan, setiap memasuki musim kemarau, daerah setempat mengalami kekeringan yang membuat warga kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.
Baca juga: Polda NTB Minta Usut Tuntas Kasus Polisi Edarkan Sabu di Bima
Sementara sumur bor yang selama ini menjadi sumber untuk memenuhi kebutuhan sudah kering.
Ia dan warga lainnya berharap pemerintah membangun sarana dan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sehingga setiap datang musim kemarau, warga tidak lagi kesulitan air bersih.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bima, M Chandra Kusuma menyatakan, ada puluhan desa di daerah itu yang diperkirakan mengalami kekeringan.
Sedikitnya 38 desa yang tersebar di sejumlah kecamatan itu mulai dilanda krisis air bersih.
Pemerintah setempat bahkan telah mengeluarkan status siaga kekeringan menyusul puncak kemarau saat ini.
"Ini ditandai dengan SK Bupati Bima tentang siaga darurat kekeringan, yang dikeluarkan beberapa waktu lalu," ujar Chandra.
Baca juga: Tercatat 1.236 Kasus PMK di Kabupaten Bima, 2 Sapi Dipotong Paksa
Chandra mengemukakan, dari sejumlah desa yang terdampak itu, rata-rata mulai mengalami kelangkaan air bersih.
"Dari hasil pemetaan sementara, kondisi terparah terjadi di Kecamatan Palibelo, di sana tercatat 12 desa yang alami kesulitan air bersih," kata Chandra kepada Kompas.com.
Mantan Kabag Humas Pemda Bima ini memastikan, BPBD tidak tinggal diam untuk menyalurkan air bersih.
Dengan turunnya SK tentang Penetapan Siaga Darurat Kekeringan, BPBD telah mengirim bantuan air bersih masyarakat yang terdampak.
Untuk mengatasi kesulitan air bersih, pemerintah dibantu pihak lain memasok air ke sejumlah titik.
Penyalurannya pun kata dia, dilakukan secara bergilir agar distribusinya merata setiap hari.
Rata-rata setiap harinya, lanjut Chandra, satu mobil tangki dengan kapasitas 5.000 liter air bersih tersalurkan secara gratis kepada masyarakat.
"Desa-desa yang terdampak ini rutin mendapat pasokan air bersih dari BPBD. Penyaluran diberikan setelah BPBD menerima permintaan langsung dari masing-masing pemerintah desa, dengan kondisi dan tingkat dampak kekeringan bervariasi," ucapnya.
Baca juga: Hendak Kabur, Pelaku Pembakaran Kantor Desa di Bima Ditangkap
Chandra menjelaskan, suplai air bersih akan terus dilakukan sampai status siaga bencana kekeringan dicabut dan sumber-sumber air kembali mengalir.
Air yang dipasok menggunakan mobil tangki itu terutama untuk keperluan makan dan minum saja, selebihnya tergantung bagaimana warga menyiasatinya.
Berdasarkan informasi dari BMKG, diperkirakan kemarau masih akan terjadi dan meluas karena puncak musim kemarau baru terjadi dan diperkirakan hingga November mendatang.
Kondisi tersebut diperkirakan membuat daerah yang berpotensi mengalami krisis air di Bima, NTB bertambah luas.
Akibatnya, banyak permukaan air sumur akan susut hingga kering sama sekali. Demikian juga dengan sumber-sumber air dan sungai yang tak lagi mengalirkan air.
Baca juga: Tak Kuat Sembunyi di Hutan, Otak Pemerkosa Siswi 15 Tahun di Bima Akhirnya Serahkan Diri
Untuk mengantisipasi dampak dari kekeringan dan kekurangan air bersih di daerah itu, BPBD telah melakukan mitigasi serta pemetaan wilayah yang berpotensi mengalami kekurangan air bersih.
Terutama di daerah langganan kekeringan seperti di Kecamatan Tambora, Lambitu dan Palibelo.
"Tiga Kecamatan ini sangat tinggi kekeringannya. Sebetulnya ini merupakan siklus tahunan, karena bergantung dari hujan. Begitu hujan berhenti, maka kekeringan pun terjadi," kata dia.
Baca juga: Miliki Senjata Api Rakitan Laras Panjang, Ayah dan Anak di Bima Ditangkap
Untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait agar penanganan bencana kekeringan dapat lebih maksima
"Kita perkuat koordinasi dengan pihak terkait seperti PDAM dan stakeholder lainya. Alhamdulillah, semua pihak siap membantu. Kita berharap dengan adanya sinergitas dengan instansi-instansi terkait ini dapat mengatasi krisis air bersih selama musim kemarau," pungkasnya
BPBD pun meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi kekeringan. Karena itu, warga diminta untuk melakukan penghenamatan dalam menggunakan air secara efisien.
"Manfaatkan air seperlunya sebagai langkah antisipasi. Intinya adalah hemat air," ujarnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.