‘’Kekhasan dan kekayaan budaya tersebut, kita jadikan sebuah perlambang dan langkah untuk mempererat persatuan di perbatasan. Semua disatukan dengan merah putih, dan melangkah bangkit bersama dari kondisi Pandemi Covid-19 dalam semangat merah putih,’’tegasnya.
Rina kembali menegaskan, filosofi Bhineka Tunggal Ika yang menjadi falsafah NKRI, selalu dijunjung tinggi dalam setiap corak yang terlukis pada batik Lulantatibu.
Sesuai dengan tema ke -77 RI, ‘Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat’, maka dengan semangat merah putih, Pemerintah Kabupaten Nunukan mengajak semua etnis Dayak untuk menjadikan perbedaan sebagai kekayaan yang memperkaya khazanah warisan tak benda.
Baca juga: Menyambi Perajin Batik, Guru SD di Lebak Raih Omzet Rp 150 Juta Per Bulan
Terpisah, perajin batik Lulantatibu, Yaya Rinjani mengatakan, batik Lulantatibu edisi 17 Agustus menjadi edisi khusus yang istimewa.
Bagi Yaya, keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19, sempat membuatnya down dan memutuskan berhenti menjahit dan membatik.
‘’Tapi ada harapan untuk terus bersabar karena semua pasti ada waktunya. Begitu pandemi Covid-19 selesai, usaha batik Lulantatibu kembali menggeliat. Sekarang, peminatnya bukan hanya lokal, tapi tiap bulan ada pesanan ratusan lembar pakaian dari saudara saudara kita suku Dayak yang tinggal di sebelah (Malaysia),’’kata Yaya.
Acara peluncuran batik etnik Lulantatibu pada HUT ke-77 nanti, tidak hanya sekedar baju batik tulis atau lukis.
Ada juga baju bordir, serta tenun khas Lulantatibu hasil karya asli warga adat Dayak.
Pakaian tersebut, akan dipadu padankan dengan Sesingal, sebuah ikat kepala khas suku Tidung.
Yaya juga mengatakan, saat ini, batik Lulantatibu sudah menjadi baju khas daerah Nunukan yang di SK-kan Bupati Nunukan, dan wajib digunakan para ASN dan anak anak sekolah, setiap hari Kamis.
‘’Batik Lulantatibu menjadi ciri khas Nunukan yang sudah dilirik dilirik sampai manca negara. Kalau selama ini Nunukan terkesan tidak memiliki oleh oleh yang khas, dan semua serba produk Malaysia, maka batik Lulantatibu menjadi jawaban itu,’’kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.