KOMPAS.com - Lagu Lir-Ilir adalah lagu tradisional dari Jawa Tengah yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.
Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga sebagai sarana menyebarkan agama Islam di tanah Jawa pada awal abad ke-16.
Baca juga: Sunan Kalijaga: Nama Asli, Silsilah, Wilayah dan Cara Dakwah
Dilansir dari laman Gramedia, berikut adalah lirik dan makna dari Lagu Lir-Ilir yang dapat Anda simak.
Baca juga: Melihat Masjid Peninggalan Sunan Kalijaga di Yogyakarta, dengan Kubah Mahkota
Lir ilir, lir ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wis sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar (Telah menghijau seperti pengantin baru)
Baca juga: Sunan Kalijaga, dari Brandalan hingga Berdakwah lewat Wayang
Cah angon-cah angon (Anak gembala-anak gembala)
Penekno blimbing kuwi (Panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Walaupun licin, tetap panjatlah)
Kanggo mbasuh dodotiro (Untuk membasuh pakaianmu)
Dodotiro-dodotiro (Pakaian-pakaianmu)
Kumitir bedhah ing pinggir (Terkoyak pada bagian pinggir)
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (Jahitlah dan benahilah untuk waktu sore nanti)
Mumpung padhang rembulane (Selagi bulan masih bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (Selagi masih banyak waktu luang)
Yo surako, Surak iyo…. (Ayo bersoraklah, sorakan iya…)
Tembang Jawa ini masih kerap dinyanyikan hingga saat ini karena senandungnya yang mendayu-dayu dan liriknya yang berisi nasihat.
Makna dari Lagu Lir-Ilir adalah manusia harus bangun dari keterpurukan dan menjauhkan diri dari sifat malas yang ada dalam diri.
Dalam lagu ini, diri manusia itu dilambangkan sebagai “tanaman” yang sedang bersemi dan berwarna hijau.
Ajakan untuk bangun adalah agar manusia berusaha supaya “tanaman” dalam diri kita dapat tumbuh besar.
Apabila “tanaman” dalam diri kita tumbuh besar maka tentu saja manusia akan mendapatkan kebahagiaan layaknya pengantin baru yang tengah berbahagia.
Sementara itu, dalam lirik “cah angon” tersirat makna bahwa diri kita ini sebenarnya mampu membawa orang lain dan dirinya sendiri dalam jalan yang benar.
Adapun arti dari “pohon belimbing” dengan buahnya yang berbentuk seperti bintang dengan lima ujung adalah kiasan untuk Rukun Islam yang berjumlah lima.
Lirik tersebut memberi gambaran bahwa memanjat pohon belimbing itu licin dan susah, namun sebagai umat Muslim, setiap orang harus tetap berusaha dalam rangka meraih Rukun Islam tersebut.
Selanjutnya, makna pakaian yang terkoyak bermakna umat manusia harus selalu memperbaiki iman dalam dirinya supaya kelak dapat siap ketika dipanggil oleh-Nya.
Di akhir lagu, lirik “Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane” mengingatkan kita agar memperbaiki iman dalam diri selagi bulan masih menyinari bumi dan selagi waktu yang kita miliki di dunia masih banyak.
Karena menyiratkan arti yang baik, Lagu Lir-ilir juga populer sebagai tembang dolanan dengan maksud untuk memberikan pesan kepada anak-anak.
Sumber:
gramedia.com
pekanbaru.tribunnews.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.