Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual Penyucian Pusaka Sunan Kalijaga, Mata Harus Terpejam karena Takut Buta

Kompas.com - 23/08/2018, 10:52 WIB
Ari Widodo,
Farid Assifa

Tim Redaksi

DEMAK, KOMPAS.com - Ada tradisi menarik yang dilakukan oleh keluarga besar Sunan Kalijaga setiap tanggal 10 Zulhijah atau bertepatan dengan Idul Adha.

Seusai shalat Idul Adha, anak keturunan Sunan Kalijaga melaksanakan ritual (penjamasan) penyucian pusaka milik kakek moyang mereka.

Dua pusaka milik salah satu Walisongo yang dimakamkan di Kadilangu, Kabupaten Demak, Jateng, yakni Kotang Ontokusumo dan keris Kiai Carubuk, itu disucikan menggunakan minyak jamas.

Sebelum melaksanakan ritual penyucian pusaka milik Sunan Kalijaga, terlebih dahulu para abdi dalem mengambil minyak jamas di gedung pangeran di Kelurahan Kadilangu, Demak.

Minyak jamas itu sendiri merupakan campuran minyak cendana dan minyak melati serta minyak khusus hasil olahan kerabat Sunan Kalijaga, yang dipercaya mengandung berkah dari waliyullah.

Serah terima minyak jamas dilakukan antara anak cucu Sunan Kalijaga dengan abdi dalem pilihan.

Baca juga: Warga Sabu Raijua Kubur Bangkai Paus dengan Ritual Adat

Seusai menerima minyak jamas, para abdi dalem bergegas membawanya menuju makam ageng Sunan Kalijaga, dengan diiringi para sentono (abdi) lainnya.

Sesampainya di makam, kerabat Sunan Kalijaga tidak diperkenankan masuk ke cungkup, sebelum melakukan prosesi doa tawasulan.

Seusai pembacaan doa, juru kunci makam segera membuka pintu rumah cungkup yang diikuti oleh tim penjamas untuk melaksanakan penjamasan pusaka yang tersimpan di atas makam Sunan Kalijaga.

Mata terpejam

Nuansa sakral terasa dalam setiap prosesi penjamasan pusaka tersebut. Mereka yang mencuci pusaka Sunan Kalijaga melakukannya dengan kondisi mata terpejam.

Sunan Kalijaga bersabda "Sing dopo wae wani ngulingani dapor miwah tangguhe, yen nganti surup mesti ngeno popo tanpo netro" (Barang siapa berani melanggar, melihat wujud pusaka, maka matanya akan buta).

Maka, pada saat mencuci dua pusaka itu, seluruh tim penjamas dilarang melihat wujud pusaka tersebut.

Mereka hanya diperbolehkan merendam tangannya dalam bokor (tempat) minyak jamas, selanjutnya melumasi kedua pusaka wali itu dengan kedua tangannya yang basah oleh minyak jamas.

"Selain pusaka kuno yang berusia lebih dari tujuh abad, prosesi penjamasan pusaka sangat disakralkan. Para penjamas yang berjumlah tujuh orang, merupakan orang-orang pilihan dan harus menjalankan puasa terlebih dahulu. Proses menjamas pusaka harus dalam kondisi bersih hatinya dan tidak disertai dengan hawa nafsu," kata Edi Mursalin, ketua Panitia Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga, Rabu (22/8/2018).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com