"Mana kami sanggup bayar bulanan di los dalam pelabuhan. Mahal sewanya, kami kan cuman bawa untung sedikit. Sisanya buat biaya anak, dan kebutuhan dapur saja," kata Ani.
Terpisah, Manager Operasional Pelindo Nunukan, Damsi, mengakui, persoalan para pedagang asongan kerap menimbulkan pertanyaan manakala ada sidak atau kunjungan direksi pelabuhan.
"Kita siagakan penjaga di gate gate pelabuhan. Para penjual asongan tidak ada yang masuk lewat pintu masuk pelabuhan. Yang ada lewat jalur laut, mereka bayar speed boat untuk menuju dermaga yang tidak terjaga petugas," kata Damsi.
Ulah para pedagang asongan tersebut, kata Damsi, sebenarnya cukup membahayakan. Mereka bisa saja jatuh dari dermaga saat nekat naik dan dipergoki petugas.
Baca juga: PPKM Darurat, Pengamen dan Pedagang Asongan Dilarang Naik Bus AKAP
Namun kondisi tersebut, sama sekali tidak menjadikan pertimbangan para pedagang yang telah lama mengasong.
"Sebenarnya pertimbangan larangan berjualan dalam dermaga, lebih pada safety, kenyamanan, sterilisasi, dan ketertiban pelabuhan," tegasnya.
Damsi tidak menampik, seringkali petugas mengeluarkan barang dagangan penjual asongan. Tapi lagi-lagi, mereka sudah ada di atas dermaga, di depan kapal penumpang.
Tidak mudah menertibkan pedagang asongan di dermaga pelabuhan Tunon Taka. Petugas juga merasa serba salah jika melihat kondisi yang ada.
Malah suatu ketika, pernah terjadi salah paham antara petugas dan pengasong, yang akhirnya sampai ke polisi.
"Ceritanya para pedagang asongan ini berbaris macam di pasar menunggu kapal sandar. Mereka membaur dengan para buruh angkut barang. Begitu kapal sandar, mereka berebut naik kapal dan salah seorang ibu dipegang tangannya oleh petugas kami. Dia memberontak sampai memar dan lapor polisi," tuturnya.
Si pedagang lalu menuntut petugas Pelindo membayar ganti rugi biaya pengobatan sebesar Rp 5 juta.
Si petugas dengan bingung mengatakan bahwa gajinya tidak sebesar itu dan menawar agar si ibu menurunkan tuntutannya.
"Akhirnya kami bayar Rp 500.000. Pelindo sudah memberi surat imbauan juga untuk tidak berjualan di atas dermaga. Sudah 22 tahun saya bertugas di Pelindo, baru kali ini ada petugas dilaporkan pedagang asongan," lanjutnya.
Sosialisasi humanis agar para penjual menempati lapak yang disediakan, sudah berulang kali dilakukan.
Di lantai dua gedung pelabuhan Tunon Taka yang baru, terdapat sekitar 20 ruko yang memang disediakan untuk penjual.
"Kalau bicara jumlah pedagang asongan mereka lebih seratus. Kita sudah sediakan lapak di gedung tunggu lantai dua. Tapi memang biayanya sedikit tinggi. satu lapak sewanya Rp 1,8 juta per bulan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.