KOMPAS.com - Sindikat joki Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) berhasil dibekuk Polrestabes Surabaya.
Mereka beraksi sejak tahun 2020 dan selama dua tahun sudah meloloskan 110 orang. Tak tanggung-tanggung, sindikat tersebut meraup Rp 8,5 miliar.
Total ada delapan orang yang ditetapkan sebagai tersangka joki SBMPTN. Mereka telah meloloskan puluhan calon mahasiswa ke berbagai universitas negeri yang dituju.
Para tersangka adalah MJ (40) asal Surabaya, RHB (23) asal Surabaya, MSN (34) asal Surabaya, ASP (38) asal Surabaya, dan MBBS (29) asal Surabaya.
Kemudian, IB (31) asal Surabaya, MSME (26) asal Sulawesi, dan seorang perempuan berinisial RF (20) asal Kalimantan.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Akhmad Yusep Gunawan mengungkapkan, sindikat joki tersebut sangat rapi dan memanfaatkan tekhnologi serta perangkat elektronik.
"Harga yang dipatok oleh sindikat ini beragam, dari Rp 100 juta hingga Rp 400 juta (per orang), tergantung universitas dan jurusan yang dipilih," katanya kepada wartawan, Jumat (15/7/2022).
Pengungkapan kasus tersebut berawal pada Jumat (20/5/2022) di salah satu universitas di Surabaya.
Saat itu polisi mendapat laporan tentang peserta ujian UTBK SBMPTN yang membawa peralatan perekam, mikrofon, dan ponsel.
Peserta tersebut ternyata joki yang menggantikan peserta yang menggunakan jasa mereka. Polisi pun langsung tangan membongkar sindikat tersebut.
Dari hasil penyelidikan, ada pelaku yang bertugas membuat alat, tim briefing, tim operator, dan tim master yang bertugas mencari data soal.
Lalu, memasang perangkat komunikasi mikrofon di telinga serta meletakkan modem di kaki peserta.
Hal tersebut dilakukan secara hati-hati agar tak tepergok pengawas ujian.
Sementara tim briefing akan memberikan arahan kepada peserta tentang penggunaan alat, serta memasang perangkat di hotel yang disiapkan sebelum berangkat ke lokasi ujian.
Menurut Kapolrestabes Surabaya Kombes Akhmad Yusep Gunawan, tugas operator adalah melakukan screenshoot soal yang diperlihatkan oleh kamera di kancing lengan peserta.
Lalu, soal tersebut diserahkan ke master dan dikerjakan melalui aplikasi Whizaz.
Oleh tim master, jawaban diserahkan kembali ke operator melalui aplikasi Line. Selanjutnya jawaban diberitahukan oleh operator ke peserta ujian melalui mikrofon.
Sindikat ini menerima titipan peserta ujian SBMPTN, baik melalui broker maupun secara langsung.
Setelah sepakat menggunakan jasa, para peserta kemudian dicatat oleh bagian admin tentang nomor ujian dan jadwal ujian, jurusan yang diambil serta universitas yang diinginkan.
Bagi yang akan mengikuti ujian di luar kota, peserta ujian ditempatkan di hotel yang ditentukan oleh sindikat ini.
Namun, jika dalam Kota Surabaya, para peserta diminta datang ke basecamp atau rumah yang mereka sewa untuk mendapat arahan sebelum ujian dilaksanakan.
"Saat peserta di-briefing, dijelaskan penggunaan alat-alatnya serta melakukan pemasangan perangkat di tubuh peserta. Di saat peserta mengikuti ujian, langsung melakukan perannya memastikan kamera di tangannya dapat memotret soal untuk di-screenshot oleh para operator," tambah Yusep.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal | Editor : Pythag Kurniati, Priska Sari Pratiwi), Tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.