KOMPAS.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menemukan seorang ibu berjualan hingga larut malam.
Sementara anaknya malah mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Mirisnya lagi, uang untuk mabuk berasal dari meminta kepada sang ibu.
Peristiwa itu bermula saat Kang Dedi Mulyadi berkeliling pada malam hari di pusat kota Subang. Di perjalanan ia melihat seorang ibu berjualan aneka makanan ringan duduk di trotoar.
Saat didekati nenek bernama Mak Iyeum (55) ini adalah seorang disabilitas tidak bisa berjalan dengan normal sehingga ia hanya bisa berdagang dengan cara berdiam diri duduk di pinggir trotoar,
“Dagang dari jam 5 (sore) nanti pulang jam 9 (malam),” ujar Mak Iyeum dalam video yang diunggah Dedi Mulyadi di akun miliknya, Kang Dedi Mulyadi.
Dalam satu kali berdagang Mak Iyeum harus membeli modal makanan ringan Rp 200 ribu. Nantinya ia menjual Rp 10.000 per bungkus.
“Biasanya habis 2-3 hari. Kalau hari ini baru laku 5 bungkus,” katanya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Minta KLHK Waspada Modus Korporasi Berubah Jadi Koperasi, Mengapa?
Mak Iyeum mengatakan awalnya ia tinggal di Desa Ciruluk, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang. Namun semenjak suaminya meninggal karena stroke ia pindah mengontrak rumah di pusat kota tepatnya di Kelurahan Sukamelang, Kecamatan Subang Kota, Kabupaten Subang bersama anak bungsunya.
Sementara rumah yang di Ciruluk ditempati oleh anak pertamanya yang sudah berkeluarga dan anak keduanya.
Mendengar hal tersebut Kang Dedi pun merasa heran mengapa Mak Iyeum tidak mengajak anak bungsunya untuk berjualan. Mak Iyeum mengaku anaknya masih kecil berusia 13 tahun dan takut sakit jika keseringan diajak berjualan di jalan.
Akhirnya Kang Dedi Bersama Mak Iyeum ke kontrakannya. Sesampainya di kontrakan anak Mak Iyeum tidak ada. Menurut warga anak Mak Iyeum tidak mau pulang karena melihat ibunya pulang bersama Dedi.
Saat menunggu kedatangan anak tersebut banyak warga yang berbisik pada Dedi. Rupanya anak Mak Iyeum telah dewasa dan dikenal bandel oleh warga.
“Anaknya bandel suka mintain uang ke ibunya, kerja gak mau. Hasil dagang uangnya diambil untuk mabuk. Suka nyiksa ibunya,” kata warga.
Tak lama setelah disusul oleh warga anak Mak Iyeum pun tiba. Benar saja anak bernama Pepen itu telah dewasa dan berumur 25 tahun. Bahkan ia tiba dengan jalan agak sempoyongan dan mulut bau minuman keras.
Mak Iyeum awalnya terus melindungi kelakuan anaknya. Bahkan ia menyangkal omongan warga jia anaknya suka menyiksa jika tidak diberi uang untuk membeli minuman keras.