Selama ini, tiket masuk bagi wisatawan dalam negeri dikenakan Rp 75.000 per orang. Sedangkan wisatawan asing Rp 150.000 per orang.
Biaya itu, menurutnya, terlalu murah hingga menyebabkan konservasi tak berjalan baik.
Selain itu, pengamanan, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, hingga keperluan amenities, kesehatan, dan pengelolaan sampah tidak dapat terlaksana dengan baik.
Sony menjelaskan bahwa ada dua konsep pembangunan pariwisata yakni membangun dengan melibatkan masyarakat dan membangun dengan menjaga kelestarian lingkungan.
“Kita tidak boleh memikirkan hari ini tapi kita memikirkan masa depan warisan bagi anak cucu kita. Oleh karena itu dua konsep itu kita harus jaga," kata Sony.
Pada umumnya, lanjut Sony, sebagai Kadis Pariwisata NTT seharusnya yang dipikirkan adalah mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya.
Namun menurutnya, wisatawan juga tetap harus dibatasi demi kelestarian lingkungan.
Baca juga: Kapal Wisata Tenggelam di Perairan Taman Nasional Komodo, 1 Orang Meninggal dan 1 Masih Dicari
"Kita harus menjaga keseimbangan, wisatawan datang kita batasi. Dan pada saat yang sama kita harus menjaga kelestarian,” sambungnya.
Ia tak memungkiri bahwa kenaikan harga tiket tersebut akan menimbulkan perdebatan atau pun dampak lainnya.
Kendati demikian, Sony tetap optimistis wisatawan akan tetap berkunjung karena kenaikan tiket hanya berlaku di dua pulau yakni Pulau Komodo dan Padar.
Di sisi lain, pemerintah juga sedang menyusun strategi untuk menciptakan destinasi-destinasi baru selain Komodo di Labuan Bajo dan sekitarnya.
KOMPAS.com (Penulis: Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere | Editor: Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.