Raja Tilahunga tidak ingin ada jarak dengan dengan pengawalnya. Kesempatan itu juga digunakan untuk melepaskan pakaian kebesarannya dan meletakkan di tanah.
Artinya, Raja Tilahunga meletakkan jabatannya sementara sebagai raja.
Saat itu, tanah berbukit itu dinamakan Bukit Tapa, dari kata tapatopo yakni meletakkan atau menitipkan yang sifatnya sementara.
Kemudian, rombongan Raja Tilahunga melanjutkan perjalanan kembali. Saat hari sudah siang, panas menyengat membuat kerongkonan dahaga dan perut keroncongan. Raja Tilahunga meminta rombongan untuk berhenti.
Raja Tilahunga mempersilahkan rombongan yang mulai terlihat pucat kelelahan untuk istirahat dan membuka bekal. Raja tak lupa mengingatkan untuk makan secukupnya dan merapikan perbekalan setelah makan.
Namun, ada salah satu rombongan yang bernama Denggi terkenal senang makan dan rakus. Saat, rombongan lain sibuk merapikan bekal, ia malah merampas makanan milik mereka.
Peristiwa itu menimbulkan pertengkaran bahkan kericuhan dalam rombongan. Kericuhan di padang rumput menarik perhatian raja.
Raja Tilahunga menasehati Denggi dan menyuruhnya untuk meminta maaf. Akhirnya, denggi mau meminta maaf kepada kawan - kawannya.
Sejak saat itu, padang rumput yang luas dan hijau diberi nama Tuladenggi, dimana diambil kata tula yang berarti rakus dan nama Denggi. Alhasil, Tuladenggi berarti Denggi yang rakus.
Setelah masalah selesai, raja dan rombongan melanjutkan perjalana hingga tiba di tepi Danau Limboto. Pemandangan danau sangat indah memukau dengan pepohonan di sekitarnya.
Baca juga: Asal-usul dan Sejarah Nama Manado
Raja Tilahunga amat menyukai pemandangan itu. Karena hari sudah gelap, raja meminta rombongan beristirahat di tempat itu.
Kemudian, para pengawal mendirikan tenda di tepi Danau Limboto. Raja Tilahunga dan beberapa pengawal beristirahat,
Sementara pengawal yang lain berjaga di sekitar daerah untuk mewaspadai kalau ada binatang buas.
Keesokkan harinya, Raja Tilahunga memerintahan para pengawalnya untuk mengeluarkan alat-alat perkebunan.
Namun, alangkah terkejutnya para pengawal, karena gagang alat-alat tersebut rusak