Lalu, Joko Kendil menceritakan kejadian yang baru dialaminya. Semua kue yang dibawa pulang bukan hasil mencuri melainkan pemberian ibu-ibu dalam pesta perkawinan.
Karena, kendil yang indah itu lebih tepat digunakan untuk menyimpan kue ketimbang untuk menanak nasi.
Tahun demi tahun, Joko Kendil tumbuh semakin dewasa. Tapi, tubuhnya tidak berubah, ia tetap seperti kendil.
Suatu hari, Joko Kendil mengutarakan keinginannya menikah pada ibuya.
Ibunya bingung, siapa yang mau menikah dengan anak berbentuk kendil.
Ibunya semakin dibuat bingung, karena Joko Kendil hanya mau menikah dengan puteri raja.
Ibu Joko Kendil menasehati anak laki-lakinya bahwa mereka orang miskin terlebih dengan bentuk tubuh kendil yang dimiliki Joko Kendil.
Namun, Joko Kendil tetap mendesak untuk dilamarkan dengan puteri raja.
Akhirnya pada hari yang ditentukan, Joko Kendil dan ibunya menghadap raja.
Baca juga: Legenda Batu Bagga, Kisah Anak Durhaka dan Perahunya yang Dikutuk Menjadi Batu
Raja memiliki tiga orang puteri yang cantik jelita.
Dengan hati-hati, ibu Joko Kendil menyampaikan maksudnya untuk melamar salah satu puteri raja.
Raja sangat terkejut, tapi dengan bijaksana ia menanyakan jawaban kepada ketiga puterinya.
Berbagai macam jawaban yang diberikan puterinya, yaitu Dewi Kantil, Dewi Mawar, dan Dewi Melati.
Dewi Kantil menyatakan tidak sudi menikah dengan Joko Kendil sebagai anak desa yang miskin.
Dengan nada sombong, Dewi Mawar mengatakan ingin menikah dengan putera mahkota yang tampan.