Ia lantas menggenggam kapaknya, sambil berjingkat untuk segera kembali ke kampungnya. Namun baru beberapa langkah, seekor naga yang besar menghadang di depannya.
Inyik Gadang Bahan mencoba tenang, dan mengajak sang naga berbicara. “Mohon izin, naga yang baik. Aku hendak kembali ke kampungku,” ujarnya.
Namun naga itu terlihat marah, Inyik Gadang Bahan bahkan disemburnya dengan api. “Kau mengganggu daerah kekuasaanku, semua yang masuk hutan ini akan aku hanguskan,” kata sang naga.
Inyik Gadang Bahan tak gentar dan tetap tenang. “Wahai naga, aku hanya ingin lewat. Sesampainya di kampung pasti akan kuberi tahu semua orang agar tak mengganggu hutan kekuasaanmu,” katanya lagi.
Namun ternyata naga itu tak punya niat baik, dan terus berusaha menyemburkan api ke arah Inyik Gadang Bahan. Kini hampir searuh hutan mulai terbakar karena semburan api sang naga.
Inyik Gadang Bahan berpikir keras bagaimana mengalahkan naga yang besar. Ia harus cepat sebelum hutan benar-benar habis karena ulah sang naga.
“Naga yang lapar, jangan buang tenagamu. Aku tahu caranya agar perutmu tetap kenyang dan bisa bertempur dengan kekuatan penuh,”kata Inyik Gadang Bahan.
Sang naga tertarik dengan perkataan itu dan mulai mendengarkan. Dipasangnya telinga lebar-lebar menunggu perkataan Inyik Gadang Bahan.
“Di ujung barat hutan ada lembah berisi hewan ternak yang gemuk-gemuk. Engkau bisa pergi ke sana dan makan sepuasnya. Setelah engkau cukup kenyang, kita bisa bertarung kembali,” ujarnya.
Sang naga mengikuti perkataan Inyik Gadang Bahan dan segera pergi ke lembah tersebut karena merasa sangat lapar. Namun karena terlalu sore, sang naga hanya menemukan seekor sapi saja di lembah itu.
Ternyat apara penggembala sudah lebih dulu membawa pulang hewan-hewan ternak mereka sebelu matahari terbenam. Sontak sang naga yang merasa dibohongi kembali dipenuhi amarah.
Di tempat lain, Inyik Gadang Bahan bergegas memadamkan api di hutan dan kembali ke kampung. Ia memberitahu semua orang tentang keberadaan naga yang jahat.
Inyik Gadang Bahan meminta warga tak menylakan penerang pada malam hari. Kemudian jika sang naga datang, semua warga harus menyelamatkan diri ke dalam gua di kaki bukit yang ada di ujung kampung.
Malam pun tiba dan sang naga mulai terlihat terbang di sekitar kampung. Karena gelap, sang naga tak melihat keberadaan kampung itu.
Naga yang marah menyemburkan api ke berbagai arah. Akhirnya terlihat atap perkampungan yang ia cari sedari tadi.