Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Cegah Penipu Cari Mangsa di Medsos, Pengamat Sebut Organisasi Profesi Perlu Dilibatkan

Kompas.com - 10/04/2022, 15:45 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, seorang perempuan asal Karanganyar, Jawa Tengah, berinisial N, mengalami kerugian Rp 45 juta akibat tertipu seorang dokter gadungan.

Awalnya, mereka berkenalan lewat aplikasi Tinder.

Pelaku, CRW, lantas mengajak korban bertemu di sebuah rumah sakit di Kota Yogyakarta. Pelaku mengaku bekerja di tempat tersebut.

Beberapa hari kemudian, korban menelepon rumah sakit dan menanyakan tentang CRW. Namun, pihak rumah sakit memberitahukan bahwa tidak ada nama CRW sebagai dokter.

Baca juga: Duduk Perkara Dokter Palsu Bisa Ajak Keliling Korbannya di RS: Berkenalan via Tinder, Korban Kena Tipu Rp 45 Juta

Aksi penipuan yang bermula dari berkenalan di Tinder mendapat perhatian dari Hariqo Wibawa Satria, seorang pengamat media sosial.

Hariqo menilai, agar kejadian serupa tak terjadi, organisasi profesi perlu dilibatkan untuk mengedukasi masyarakat.

Pengedukasian itu di antaranya bisa berbentuk bagaimana cara mengecek kebenaran pekerjaan seseorang.

Baca juga: Aksi “Tinder Swindler” Indonesia, Tipu Korban hingga Jutaan Rupiah Usai Kenalan lewat Aplikasi Kencan

Pasalnya, di media sosial, kerap terjadi penipuan yang mengatasnamakan profesi tertentu, semisal dokter, TNI, maupun Polri.

“Profesi itu di mata masyarakat cukup dihormati dan dianggap mentereng,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/4/2022).

Selain itu, untuk mencegah pelaku beraksi, pihak Tinder maupun media sosial lain juga bisa membuat kebijakan terkait orang-orang yang berbuat kejahatan.

“Misalnya, orang tersebut diblokir selama lima tahun tidak bisa buka akun. Atau bisa juga Tinder membuat daftar orang-orang yang melakukan pelanggaran,” ucapnya.

Baca juga: Penipu Berkedok Cinta “Gentayangan” di Tinder, Ini Tips Menghindarinya

Kebijakan itu, kata Hariqo, perlu dikoordinasikan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Hal ini untuk menutup ruang gerak pelaku.

“Pemilik layanan memberitahukan ke Kominfo, kalau ada orang yang melanggar, semua akun media sosialnya tidak lagi bisa digunakan,” ungkapnya.

CEO Komunikonten ini menyadari, kebijakan tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan antara pemilik layanan dan pemerintah.

“Di satu sisi, pemilik layanan ingin menambah user. Di sisi lain, pemerintah ingin melindungi warga,” tuturnya.

Baca juga: Kenal lewat Tinder, Perempuan di Magelang Ditipu Pacarnya, Rugi Ratusan Juta Rupiah

Oleh karena itu, solusi dari permasalahan ini adalah perlu adanya memorandum of understanding (MoU) antara penyedia layanan dan pemerintah.

“Di dunia online ini, penting untuk menempatkan satu MoU yang jelas,” sebutnya.

Di samping itu, Hariqo berharap agar anggota dewan, baik Komisi I DPR maupun Komisi A DPRD, bisa lebih melakukan pendalaman soal perlindungan masyarakat terhadap kejahatan online.

Baca juga: Apa Itu Tinder Swindler yang Ramai di Twitter?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Regional
Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Regional
Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

Regional
Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com