Ragam hias lainnya beruba sulur-suluran berupa kelopak bunga dan arabes yang distilir (tidak terkunci) di undak - undak di bagian bawah tempat duduk mimbar.
Keunikan masjid ini, atap bagian mihrab terpisah dari bangunan induk.
Kemudian, pintu di sebelah barat dan timur masjid terdapat inskripsi Arab berbahasa Melayu yang ditulis dalam bidang berukuran 0,5 x 0,5 meter.
Masjid Sultan Suriansyah memiliki pola ruang yang diadaptasi dari Masjid Agung Demak.
Pengaruh ini sejalan dengan masuknya Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan.
Baca juga: Istimewa, Masjid Al Fattah Tulungagung Dirancang Hemat Energi
Arsitektur Masjid Demak dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu.
Identifikasi pengaruh bangunan tersebut terlihat pada tiga aspek pokok, yaitu atap meru, ruang keramat (cella), dan tiang guru.
Meru merupakan merupakan ciri khas bangunan suci di Jawa dan Bali. Bentuknya berupa atap bertingkat dan mengecil di bagian atasnya sebagai wujud lambang vertikalitas kekuasaan ke atas.
Masjid Sultan Suriansyah menggunakan atap Meru.
Atap masjid dibuat besar dan terkesan dominan sehingga kesan ruang di bawahnya merupakan ruang suci yang biasa di sebut cella.
Sedangkan, tiang guru melingkupi ruang cella yang terletak di depan ruang mihrab. Secara kosmologi, cella lebih penting dari mihrab.
Sumber:
cagarbudaya.kemdikbud.go.id/
kebudayaan.kemdikbud.go.id/