UNGARAN, KOMPAS.com - Dalam rumah berdinding anyaman bambu yang sebagian lantainya diplester semen, Lagiyanto hanya bisa terbaring di atas kasur.
Dari batas leher hingga ke kaki, berselimut sarung. Sementara di sampung kasur, terpasang plastik untuknya buang air kecil.
Posisinya pun tidak berubah karena dia tak lagi bisa menggerakan tubuhnya. Hanya kepala yang menggeleng ke kanan dan kiri, serta kaki kanan yang bisa ditekuk.
Baca juga: Tertimpa Pohon Tumbang Saat Kendarai Motor, Mahasiswi Terjatuh dan Alami Syok
Derita itu harus dilakoni Lagiyanto sejak Agustus 2021. Dia terjatuh dari pohon setinggi kurang lebih tujuh meter.
Padahal sebelum Ramadan, Lagiyanto juga terjatuh dari pohon durian setinggi 12 meter.
"Dulu waktu muda juga pernah jatuh dari pohon 15 meter," kata Vevi Lidyaningsih, istri Lagiyanto, Senin (28/3/2022) di rumahnya Dusun Gumukrejo, Desa Udanuwuh, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Setelah jatuh di wilayah Mojosongo Boyolali tersebut, Lagiyanto sempat koma selama 15 hari.
"Itu koma yang kedua kali, saat jatuh dari pohon sebelumnya juga koma. Sebetulnya sama dokter tidak boleh manjat lagi, tapi karena itu menjadi pekerjaan, akhirnya nekat naik lagi, malah sekarang kejadiannya seperti ini," kata Vevi.
Baca juga: Aksi Begal Payudara di Surabaya Terekam CCTV, Korban Dibuntuti hingga Terjatuh
Sebelum mengalami kecelakaan tersebut, Lagiyanto bekerja sebagai penebas buah.
"Jadi kalau ada pohon yang berbuah, dibeli suami saya. Lalu buahnya dijual eceran. Tapi sekarang ya harus kerja sana-sini untuk membiayai sehari-hari," jelasnya.
Pasangan Lagiyanto dan Vevi memiliki tiga anak. Anak pertama saat ini kuliah semester pertama.
"Dia juga nyambi kerja jaga stand minuman. Adiknya di SMK dan yang paling kecil masih enam tahun," ujarnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.