Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kratom Anjlok Jadi Rp 16.000 Per Kilogram, Petani Mengeluh

Kompas.com - 21/03/2022, 13:45 WIB
Hendra Cipta,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com - Petani di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar) mengeluhkan merosotnya harga kratom.

Salah satu pemilik tanaman kratom di Kapuas Hulu, Andhio mengatakan, saat ini, harga kratom Rp 16.000 per kilogram, jauh dari harga normal Rp 40.000 per kilogram.

"Sekarang ini harga kratom yang sudah dalam bentuk remahan kering hanya sebesar Rp 16.000 per kilogram atau jauh dibanding beberapa tahun lalu yang sempat tembus Rp 40.000 per kilogram," kata Andhio saat dihubungi, Senin (21/3/2022).

Baca juga: 35.000 Hektar Kratom di Kalbar Diserang Hama Daun, Petani Gagal Panen

Belum lagi, tambah Andhio, saat ini sudah dua bulan petani gagal panen karena kratom diserang hama daun.

Andhio melanjutkan, di masa normal atau tidak ada penyakit, harga Rp 16.000 per kilogram masih tergolong rendah.

Karena untuk mendapat 1 kilogram kratom remahan, harus mengumpulkan sebanyak 4 kilogram daun mentah.

"Selain itu kami belum harus membayar upah untuk panen dan menjemur. Makanya kami putusnya setop sementara," ungkap Andhio.

Sebelumnya, sebanyak 35.000 hektar tanaman kratom di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar) dikabarkan diserang hama daun.

Baca juga: 112.000 Warga Hidupnya Bergantung Budi Daya Kratom, Gubernur Kalbar: Pelarangan Ditunda Dulu

Akibatnya, sebagian besar petani mengalami kerugian besar akibat gagal panen.

"Ada sekitar 35.000 hektar tanaman kratom diserang hamq daun jenis ulat. Dampaknya kami rugi karena gagal panen," kata Andhio.

Menurut Andhio, tanaman kratom habis diserang hama tersebut telah terjadi sejak dua bulan terakhir hingga menyebabkan kerugian ratuan juta rupiah.

"Dalam satu bulan, biasanya kami dua kali panen. Namun, karena musibah ini, dalam dua bulan terakhir, kami tidak bisa panen sama sekali," ucap Andhio.

Sebagai informasi, kratom adalah salah satu jenis tanaman yang telah diekspor Indonesia ke Belanda.

Baca juga: WN Australia yang Buat Obat dari Tanaman Kratom Tak Bisa Dijerat dengan UU Narkotika, Ini Alasannya

Tanaman yang banyak tumbuh di wilayah Kalimantan itu diekspor perdana ke Belanda lewat Bandara Supadio Pontianak pada Rabu (29/9/2021).

Namun, ekspor kratom tersebut menuai polemik. Sebab, Badan Narkotika Nasional (BNN) memasukan kratom sebagai salah satu jenis narkotika golongan I.

Di sisi lain, tanaman tersebut merupakan merupakan komoditas unggulan ekspor dari Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Kratom

Kratom memiliki nama latin Mitragyna speciosa. Tanaman ini populer digunakan sebagai tanaman obat.

Bukan hanya di Kalimantan, tanaman ini juga dipakai sebagai obat di beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Myanmar.

Bahkan, dalam sebuah kajian ilmiah, di Thailand bagian selatan dan Malaysia bagian utara, kratom telah dikonsumsi masyarakat.

Baca juga: Berdampak Mirip Ganja, 11,5 Kg Daun Kratom Disita Polisi di Belitung

Mengutip laman badan hukum narkoba di Amerika Serikat (AS) atau Drug Enforcement Administration (DEA), kratom juga disebut dengan nama biak, kakuam, ithang, dan thom.

Di beberapa wilayah, daun ini dimanfaatkan sebagai obat herbal penghilang rasa sakit.

Cara penggunaannya juga beragam, banyak yang mengubahnya menjadi bentuk ramuan teh, atau menjadi kapsul, tablet, bubuk, dan cair.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Regional
Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Regional
Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Regional
Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program 'Sekolah Sisan Ngaji'

Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program "Sekolah Sisan Ngaji"

Regional
Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Regional
Pejabat DKP Banten Ditetapkan Tersangka Korupsi Breakwater Cituis

Pejabat DKP Banten Ditetapkan Tersangka Korupsi Breakwater Cituis

Regional
Ambil Formulir Pendaftaran PDI-P, Ketua DPRD Banyumas Siap Maju Pilkada Lagi

Ambil Formulir Pendaftaran PDI-P, Ketua DPRD Banyumas Siap Maju Pilkada Lagi

Regional
Viral, Video Anggota Satpol PP Makassar Dipukul Saat Razia 'Manusia Silver'

Viral, Video Anggota Satpol PP Makassar Dipukul Saat Razia "Manusia Silver"

Regional
Sepekan Banjir Rob Sayung Demak, 273 Hektar Sawah Terancam Gagal Panen

Sepekan Banjir Rob Sayung Demak, 273 Hektar Sawah Terancam Gagal Panen

Regional
Mayat Wanita Ditemukan Membusuk di Rumah Kontrakan Mataram NTB

Mayat Wanita Ditemukan Membusuk di Rumah Kontrakan Mataram NTB

Regional
Polisi Cari Pelaku dan Penyebar Video Adegan Oral Seks di Tempat Wisata Air Panas di Maluku Tengah

Polisi Cari Pelaku dan Penyebar Video Adegan Oral Seks di Tempat Wisata Air Panas di Maluku Tengah

Regional
Lerai Teman Berkelahi karena Masalah Asmara, Pemuda di Bangka Barat Tewas

Lerai Teman Berkelahi karena Masalah Asmara, Pemuda di Bangka Barat Tewas

Regional
PPP Maluku Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Tanpa Mahar Politik

PPP Maluku Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Tanpa Mahar Politik

Regional
Bus dan 2 Mobil Terlibat Kecelakan Karambol di Solo

Bus dan 2 Mobil Terlibat Kecelakan Karambol di Solo

Regional
Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com