LAMPUNG, KOMPAS.com - Mayoritas penduduk di Kampung Wonosari, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah kini menjadi petani sekaligus eksportir cabai jawa alias cabe jamu.
Komoditas cabai jawa kering dikirim ke ke Asia Timur dan Timur Tengah, dengan peminat paling banyak dari China.
Membaca tulisan cabai jawa, ini tidak seperti cabai rawit atau cabai keriting yang biasa kita tambahkan ke tanaman.
Dikutip dari Kompas.com edisi 12 Juni 2019, Sejarawan kuliner Fadly Rahman mengatakan bahwa cabe jamu atau cabai jawa memiliki nama latin Piper retrofractum vahl. Ini merupakan tanaman dari genus lada dan sirih-sirihan yang punya sifat sebagai rempah pemedas untuk mengolah makanan.
Baca juga: Tak Penuhi Syarat, Sejumlah Komoditas Ekspor dari Lampung Dikembalikan
Bentuknya sedikit mirip cabai, memiliki warna hijau ketika muda, dan berwarna kemerahan ketika matang. Namun berbeda dengan cabai pada umumnya yang memiliki permukaan yang licin, cabe jamu memiliki tekstur berbintik.
“Mengingat pada masa kuno tanaman ini banyak tumbuh di wilayah Jawa, pada masa lalu orang-orang Jawa menyebutnya cabya atau cabe jawa," kata Fadly.
Produk perdagangan cabai jawa adalah untai yang dikeringkan, berguna sebagai bumbu masak dan berkhasiat untuk pengobatan. Khasiat inilah yang membuat cabai jawa diminati pasar luar negeri.
Kepala Kampung Wonosari Sukadi mengatakan, kondisi geografis kampung Wonosari dekat dengan irigasi. Sehingga, pertanian padi menjadi pendapatan utama penduduk.
"Namun ada beberapa lokasi yang cukup tinggi yang tidak bisa dialiri air," kata Sukadi usai Bimbingan Teknis Ekspor Rempah-rempah yang ditaja Balai Karantina Pertanian Lampung di balai desa setempat, Senin (3/14/2022).
Dari beberapa konsultasi, Sukadi pun mengusulkan kepada warga agar menanam cabai jawa tersebut. Alasannya pangsa pasar cabai jawa sudah ada.
"Cabai jawa ini bukan untuk bahan masakan, tapi untuk jamu. Nah, pedagang jamu ini banyak dan juga butuh banyak pasokan," kata Sukadi.
Dari yang awalnya hanya 10 batang pohon cabai jawa untuk uji coba, kini lebih dari 3.000 batang.
"Jumlah penduduk di kampung ini sekitar 500 KK, 90 persennya kini juga bertani cabai jawa. Jadi sekitar 450 KK petani cabai jawa," kata Sukadi.
Nilai jual cabai jawa kering di pasaran cukup menggiurkan, yakni Rp 50.000 untuk satu kilogramnya. Selain itu, dalam setahun petani bisa memanen sebanyak tiga kali.
"(Pendapatan) tambahannya malah lebih bagus dibanding penghasilan utama," kata Sukadi.