Menurut psikolog dari Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Cornelius Siswa Widyatmoko, tindakan agresif seseorang biasanya didasari kemarahan.
Namun demikian, pada umumnya kemarahan itu dipicu adanya perlakuan tidak adil.
"Ketika seseorang merasa diperlakukan tidak adil atau merasa ada kesenjangan antara kondisinya dengan kondisi orang lain, maka emosinya tersulut dan mendorong orang tersebut bertindak agresif," katanya kepada Kompas.com.
Sementara itu, dalam konteks aksi massa, Siswa menyebutkan bahwa emosi itu bersifat menular.
Artinya, kata Siswa, di saat sesorang merasakan emosi tertentu, maka orang lain cenderung tertular oleh emosi tersebut.
"Misalnya saat ada orang yang takut, maka orang-orang lain juga akan terbawa oleh perasaan takut tersebut," katanya.
Baca juga: Kapolres Bantul: Pelaku Perusakan Mobil Mercy Lebih dari 6 Orang
Dalam kasus pasangan di Malang, menurut Siswa, masyarakat setempat memegang ketat norma sosial soal seksualitas dan legalitas pasangan.
"Akibatnya ketika ada orang lain yang (diduga) "menikmati seks" massa merasa ada kesenjangan antara kondisinya dengan kondisi korban, ini memicu kemarahan dan agresi massa," katanya.
Sementara, kata Siswa, pada kasus perusakan mobil, massa merasa ada kesenjangan ekonomi dengan pemilik mobil, sehingga ketika pemilik mobil melakukan "kesalahan" sedikit saja, emosi massa tersulut yang berujung pada aksi perusakan oleh massa.
Siswa berpendapat, aksi massa adalah bentuk kesenjangan yang disulut oleh emosi seseorang yang biasanya disebut provokator.
Provkotaor ini, kata Ssiwa, "menularkan" emosinya kepada orang lain dan akhirnya memicu agresivitas.
Untuk mencegahnya, tindakan setimpal bagi provokator menjadi langkat tepat untuk membuat massa tidak berbuat atau terpancing emosi saat ada aksi massa.
"Jika orang ingin menghindar terseret dalam aksi massa, maka sebaiknya orang mengendalikan emosinya terhadap hasutan-hasutan atau provokasi-provokasi supaya "tidak tertular" emosi negatif provokator," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.