Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemicu Aksi Massa Jadi Agresif, Ahli: Emosi Itu Sifatnya Menular

Kompas.com - 14/03/2022, 06:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah warga di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), terekam menceburkan sebuah mobil yang diduga ugal-ugalan di jalan.

Video tersebut direkam di kawasan Jembatan Gledek 10 Ilir, Jalan Ali Gatmir, Keluarahan 13 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (IT) I, Minggu (13/3/2022).

Dari keterangan warga setempat, Wasna (46), mobil tersebut sebelumnya telah menabrak dua pejalan kaki.

Lalu, kata Wasna, di dalam mobil itu ada tiga orang yang membawa senjata tajam jenis pedang.

Baca juga: Walau Tolak Kalkulasi UMP 2022, SPSI Babel Enggan Gelar Aksi Massa

Mereka datang ke lokasi kejadian dengan kecepatan tinggi secara ugal-ugalan.

Selain itu, pengemudi dan penumpang di dalam mobil juga melempari petasan ke arah warga yang ada di sekitar.

“Sempat diteriaki warga untuk berhenti, tapi mobil tersebut semakin mengebut tak tentu arah,” kata Wasna.

Setelah itu, warga yang geram segera mengejar mobil itu. Pengemudi justru semakin tancap gas.

Baca juga: Viral, Video Warga Ceburkan Mobil ke Sungai di Palembang, Pengemudi Ugal-ugalan Tabrak 2 Orang

Namunn, mobil itu terpaksa berhenti saat di ujung jalan ada tenda pernikahan.

“Ada tenda pernikahan di depan, mobilnya tidak bisa lewat lagi. mereka ada orang tiga bawa pedang semua langsung turun dan kabur,” ujar dia.

Warga lalu melampiaskan emosi mereka dengan merusak mobil tersebut dengan menggunakan kayu dan batu.

Ahirnya, warga lalu mendorong dan menceburkan mobil tersebut ke sungai.
“Di daerah ini memang sering tawuran, hampir tiap malam. Mungkin yang bawa mobil itu ada dendam sehingga mengemudi seperti itu,” ujarnya.

Baca juga: Polda Kalbar Ungkap Dugaan Pemicu Aksi Massa Rusak Masjid Ahmadiyah dan Bakar Bangunan di Sintang

Massa mengarak pasangan kekasih

Beberapa waktu lalu, sebuah video aksi massa mengarak pasangan kekasihdi Malang juga sempat viral di media sosial.

Dalam video itu, kedua pria dan wanita itu diduga pasangan selingkuh. Keduanya diarak warga yang mengaku geram atas perbuatan mereka.

"Pengarakan itu dilakukan karena warga merasa geram dan resah atas dugaan perzinaan yang dilakukan sejoli itu selama ini," ungkap Kapolsek Gondanglegi, Kompol Pujiyono melalui sambungan telepon, Minggu (6/03/2022).

Mercy dirusak massa di Bantul

Tangkapan Layar Perusakan Mobil di Bantul Kamis (27/1/2022) petangTangkapan Layar Video Tangkapan Layar Perusakan Mobil di Bantul Kamis (27/1/2022) petang

Di awal tahun, sebuah video massa merusak debuah mobil Mercedes Benz di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (27/1/2022), jua sempat jadi sorotan.

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kasihan Kompol Anton Nugroho Wibowo menceritakan, perusakan tersebut bermula dari percekcokan antara pengemudi Mercy dengan juru parkir di sebuah tempat makan cepat saji di Jalan Bantul.

"Karena berhentinya secara mendadak, akhirnya tukang parkir yang saat itu sedang mengatur mobil juga yang berhenti di Olive agak kaget. Sehingga terjadi percekcokan di tempat tersebut," ujarnya, Kamis.

Setelah itu, lanjut Anton, pengemudi mobil langsung meninggalkan lokasi sebelum masalah terselesaikan.

Akibatnya, beberapa orang mengejar pengemudi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sewaktu memasuki perkampungan, pengemudi mobil sempat menabrak sepeda motor, sehingga diteriaki maling oleh massa.

"Mobil tersebut tetap melaju dengan kecepatan tinggi ke arah Kasongan, hingga di Dusun Gedongan mobil masuk ke kampung, sempat menabrak sepeda motor dan akhirnya ada teriakan maling," ucapnya.

Baca juga: Kesaksian Warga Moge Tabrak Bocah Kembar hingga Tewas di Pangandaran: Terpental Sampai Selokan

 

Ahli: Emosi itu sifatnya menular

Menurut psikolog dari Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Cornelius Siswa Widyatmoko, tindakan agresif seseorang biasanya didasari kemarahan.

Namun demikian, pada umumnya kemarahan itu dipicu adanya perlakuan tidak adil.

"Ketika seseorang merasa diperlakukan tidak adil atau merasa ada kesenjangan antara kondisinya dengan kondisi orang lain, maka emosinya tersulut dan mendorong orang tersebut bertindak agresif," katanya kepada Kompas.com.

Sementara itu, dalam konteks aksi massa, Siswa menyebutkan bahwa emosi itu bersifat menular.

Artinya, kata Siswa, di saat sesorang merasakan emosi tertentu, maka orang lain cenderung tertular oleh emosi tersebut.

"Misalnya saat ada orang yang takut, maka orang-orang lain juga akan terbawa oleh perasaan takut tersebut," katanya.

Baca juga: Kapolres Bantul: Pelaku Perusakan Mobil Mercy Lebih dari 6 Orang

Dalam kasus pasangan di Malang, menurut Siswa, masyarakat setempat memegang ketat norma sosial soal seksualitas dan legalitas pasangan.

"Akibatnya ketika ada orang lain yang (diduga) "menikmati seks" massa merasa ada kesenjangan antara kondisinya dengan kondisi korban, ini memicu kemarahan dan agresi massa," katanya.

Sementara, kata Siswa, pada kasus perusakan mobil, massa merasa ada kesenjangan ekonomi dengan pemilik mobil, sehingga ketika pemilik mobil melakukan "kesalahan" sedikit saja, emosi massa tersulut yang berujung pada aksi perusakan oleh massa.

Provokator dalam aksi massa

Siswa berpendapat, aksi massa adalah bentuk kesenjangan yang disulut oleh emosi seseorang yang biasanya disebut provokator.

Provkotaor ini, kata Ssiwa, "menularkan" emosinya kepada orang lain dan akhirnya memicu agresivitas.

Untuk mencegahnya, tindakan setimpal bagi provokator menjadi langkat tepat untuk membuat massa tidak berbuat atau terpancing emosi saat ada aksi massa.

"Jika orang ingin menghindar terseret dalam aksi massa, maka sebaiknya orang mengendalikan emosinya terhadap hasutan-hasutan atau provokasi-provokasi supaya "tidak tertular" emosi negatif provokator," pungkasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bukan Fenomena 'Heat Wave', BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Bukan Fenomena "Heat Wave", BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Regional
301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

Regional
Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Regional
Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Regional
3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Regional
Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Regional
Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Regional
Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Regional
Konten Judi 'Online' dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Konten Judi "Online" dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Regional
Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Regional
Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Regional
Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Regional
Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Regional
Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program 'Sekolah Sisan Ngaji'

Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program "Sekolah Sisan Ngaji"

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com