Karena itu, pihaknya mengaku selalu memikirkan keadaan para pengungsi Kariuw di Aboru. Pihaknya juga memikirkan kelangsungan sekolah anak-anak, bahkan sempat terlintas di benaknya untuk menempatkan mereka di SPN Polda Maluku di Passo dan di Rindam XVI Pattimura di Suli.
“Saya bilang sama Pak Pangdam, separuh (pengungsi) di Rindam dan separuh di SPN. Pak Pangdam siap, agar kami bisa mengontrol. Kami bisa datangkan guru untuk anak-anak, MCK-nya bagus. Tapi mereka yang tidak mau, saya terus mengajak, tapi mereka tidak mau," kata Kapolda.
Baca juga: Polisi Korban Penembakan Saat Bentrok di Pulau Haruku Maluku Tengah Meninggal Dunia
Mengenai penegakan hukum, Kapolda mengaku tim penyelidikan telah dikerahkan. Bahkan, pihaknya juga sementara sedang melakukan penyidikan kepada masyarakat yang menyebarkan hoaks atau berita bohong terkait kejadian itu.
Sementara untuk kasus berupa pembakaran, penembakan yang terjadi selama konflik, pihaknya sedang mengumpukan bukti yang ada.
“Tentu saja di dalam proses penyidikan itu kita harus memenuhi hukum positif yaitu alat bukti yang sah yaitu ada keterangan saksi saksi ahli, surat petunjuk dan bukti-bukti di lapangan," katanya.
Diketahui, bentrokan antara warga Desa Ori-Pelauw dan Kariuw pecah pada Rabu (26/1/2022) lalu. Dalam bentrokan itu, tiga warga meninggal dunia dan dua lainnya terluka.
Bentrokan juga menyebabkan 211 rumah warga hangus terbakar. Selain itu puluhan sepeda motor dan sembilan mobil juga ikut terbakar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.