Meski pil pahit harus ia telan karena harus kehilangan anak pertamanya di usia kandungan 10 minggu. Kesedihan itu ditebus Tuhan, atas Karunia-Nya, tak lama Cucu diberikan kepercayaan kembali untuk memiliki anak.
"Tapi gak tau Allah SWT berkehendak lain, akhirnya saya dikasih (positif hamil) tapi keguguran di kandungan usia 10 minggu. Sempat down, tapi tapi sekali lagi bukan kehendak saya. Saya hamil lagi yang kedua," tuturnya.
Ketika melahirkan anak kedua, satu hal yang terpikirkan oleh Cucu, yakni thalasemia. Ia langsung meminta dokter di RSHS untuk memeriksa sang anak.
Wajar saja Cucu ketakutan, sebab ia tak mau sang anak harus mengalami apa yang sudah ia rasakan sebagai pengidap thalasemia.
"Sempat khawatir menularkan thalasemia, makanya saya waktu ngelahirin yang ke dua kan di RSHS yang pertama ke pikir itu minta tolong ke dokter buat cek, dan alhamdulilah dan anak ini negatif thalasemia," jelas Cucu
"Kenapa saya takut, karena saya tahu bagaimana perjuangan seseorang dengan penyakit thalasemia. Anak saya sekarang dua tahun dua bulan," sambungnya.
Baca juga: Kelainan Darah Thalasemia: Jenis, Gejala, dan Dampak pada Anak
Saat ini keluarga pengidap thalasemia termasuk Cucu bisa merasa lebih baik dengan adanya Persaudaraan Donor Darah Majalaya (PDDM).
Setidaknya, meski belum ada UTD di wilayah Majalaya. Paling tidak stok darah untuk thalasemia bisa teratasi tiap bulannya.
"Sejak Covid-19, kita sudah bolak-balik ke Bandung, tiap 3 minggu sekali kita harus cari donor, cari relawan sendiri dan itu gak ada di keluarga atau tetangga juga harus mengeluarkan biaya," kata Cucu
"PDDM kan menggelar terus acara donasi darah di wilayah Majalaya, alhamdulilah stok darah buat kita bisa terbantu," ujarnya.
Selain itu, Cucu tak merasa sendiri lagi. Tiap kali PDDM menggelar acara keluarga, pengidap thalasemia yang notebene adalah anggota kerap berkumpul dan saling bertukar informasi juga saling menguatkan.
Pun dengan kondisi di RS Majalaya yang kian hari kian berkembang. Cucu menyebut, di sana sudah disediakan ruang untuk pengidap thalasemia dan sudah ada perawat khusus thalasemia.
Baca juga: Mengenal Thalasemia Mayor, Penyakit Kelainan Darah Turunan
"Sekarang gak merasa sendiri, karena banyak temen. Kalau dulu kan kita di satukan sama orang sakit yang lain, yang jantung atau yang lainnya. Sekarang kita di sini mah punya ruangan khusus, sudah ada perawatnya sendiri. Gak kaya dulu kita harus datang jam berapa pulang jam berapa, karena gak ada penanganan khusus, sekarang mah enggak gitu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.