Ia sempat terlibat tembak di kawasan Senen yang membuat sebuah peluru mendarat di paha Cornel.
Akibatnya, ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo namun tidak sempat mendapat tindakan karena terdapat kabar bahwa Belanda hendak menggeledah rumah sakit tempat ia dirawat dan menangkap para pemuda Indonesia yang terluka.
Dalam kondisi tersebut, C Simanjuntak bergegas mengungsi ke Karawang yang kemudian pindah ke Yogyakarta.
Di Yogyakarta, kondisi kesehatan C Simanjuntak mulai menurun dan terkena penyakit paru-paru dengan peluru yang masih bersarang di pahanya.
Pada 15 September 1946, C Simanjuntak menghembuskan napas terakhir sementara dan dikebumikan di Pemakaman Kerkhof Yogyakarta.
Untuk menghargai jasanya, C Simanjuntak dianugerahi Piagam Satya Lencana Kebudayaan tahun 1961 sebagai tanda kehormatan dari pemerintah Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang tepatnya di tahun 1942, C Simanjuntak ia menciptakan lagu propaganda seperti "Menanam Kapas" dan "Hancurkanlah Musuh Kita".
Ia sempat dituduh berkhianat karena bekerja untuk penjajah jepang, namun C Simanjuntak berkata bahwa apa yang ia ciptakan hanya sebatas pekerjaan saja.
Namun ia juga menciptakan beberapa lagu perjuangan yang diantaranya masih dikenang hingga kini, antara lain:
Sumber:
encyclopedia.jakarta-tourism.go.id
kompas.com
regional.kompas.com