Kesenian tersebut antara lain "Temat Kajing" dari Kabupaten Mukomuko, "Marhaban Buai Anak", "Dendang Bengkulu", sertal alat musik "Dhol".
Selain alat musik, kesenian yang masuk warisan budaya tak benda tersebut berasal dari adat istiadat dan perayaan masyarakat setempat.
Dengan masuknya budaya Bengkulu ke portal inventaris nasional, diharapkan warisan budaya tak benda tersebut juga bisa diajukan ke tingkat internasional.
Hanya berjarak sekitar 6 km dari pusat Kota Bengkulu, terdapat sebuah danau dengan nama unik yaitu Danau Dendam Tak Sudah.
Kawasan Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah, menyimpan keindahan danau seluas 577 hektare yang konon terbentuk dari gunung berapi.
Asal nama danau unik ini masih menjadi misteri, namun ada dua cerita yang dipercayai oleh warga setempat.
Cerita pertama terkait legenda sepasang kekasih yang tak direstui dan mengakhiri hidup di danau ini. Mereka berubah menjadi lintah dan menyimpan dendam kepada pasangan yang datang ke danau ini.
Kedua adalah cerita penjajahan belanda yang membangun dam (bendungan) di kawasan ini, namun tak selesai dan dibiarkan terbengkalai.
Rumah pengasingan yang ditempati Bung Karno Terletak di jantung Kota Bengkulu, tepatnya di Kelurahan Anggut, Kecamatan Ratu Samban.
Rumah pengasingan yang dulunya berada di wilayah terpencil itu merupakan milik pedagang keturunan Tionghoa, Tjang Tjeng Kwat.
Bung Karno sampai di Bengkulu pada 14 Februari 1938 setelah sebelumnya berlayar dari tempat pembuangannya di Flores ke Pulau Jawa bersama sang istri Inggit Garnasih dan anak angkatnya Ratna Djuami.
Bung Karno menempati rumah itu pada 1938-1942, dan di tempat tersebut ia kemudian bertemu dengan Fatmawati.
Sumber:
bengkuluprov.go.id
regional.kompas.com
kompas.com
travel.kompas.com
travel.tribunnews.com
antaranews.com