KOMPAS.com - Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah di Provinsi Gorontalo yang berbatasan langsung dengan Teluk Tomini di bagian selatan.
Kota Gorontalo memiliki luas wilayah sekitar 64,79 kilometer persegi atau sekitar 0,53 persen dari luas Provinsi Gorontalo.
Baca juga: Ilomata River Camp, Tempat Kemah dan Wisata Baru di Gorontalo
Kota ini memiliki berbagai keistimewaan selain lokasinya yang menyuguhkan pemandangan indah Teluk Tomini.
Berikut adalah fakta menarik dari Kota Gorontalo yang bisa Anda simak.
Baca juga: 3 Polisi di Gorontalo Dipecat, Ada yang Terlibat Investasi Bodong
Melansir laman ppid.gorontalokota.go.id, sebelum terbentuknya Provinsi Gorontalo, Kota Gorontalo merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara.
Baca juga: Rumah Wale Asal Sulawesi Utara: Sejarah, Ciri Khas, dan Bagian-bagiannya
Gorontalo dahulu adalah sebuah Kotapraja yang secara resmi berdiri sejak tanggal 20 Mei 1960.
Pada tahun 1965, sebutan tersebut berubah menjadi Kotamadya Gorontalo hingga tahun 1999.
Setelah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diberlakukan, namanya kemudian menjadi Kota Gorontalo hingga sekarang.
Kota Gorontalo disebut sebagai salah satu kota tertua di Sulawesi.
Kota Gorontalo lahir pada hari Kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan dengan Kamis, 06 Sya'ban 1140 Hijriah.
Kemudian pada 16 Februari 2001 kota ini ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo sesuai UU Nomor 38 Tahun 2000 Pasal 7.
Kota Gorontalo sering disebut sebagai Kota Serambi Madinah karena menjadi kota yang mayoritas warganya memeluk agama Islam.
Nilai-nilai keislaman juga diterapkan di berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk kebudayaan.
Kegiatan masyarakat dalam beribadah serta sikap mereka yang sejak awal menerima dan terbuka akan ajaran Islam membuatnya mendapat julukan ini.
Gorontalo dikenal memiliki falsafah "Adati hula-hula’a to Sara’a, Sara’a hula-hula’a to Kuru’ani”.
Dalam bahasa Indonesia hal ini berarti “Adat Bersendikan Syara’, dan Syara’ Bersendikan Kitabullah” yang bermakna nilai dalam agama Islam berpengaruh pada aturan, pedoman atau norma bermasyarakat, hingga lingkungan pemerintahan.
Melansir laman nu.or.id, Masjid Hunto Sultan Amai Gorontalo merupakan masjid tertua di provinsi tersebut.
Masjid ini dibangun pada tahun 1495 oleh Sultan Amai dari Kerajaan Gorontalo setelah masuk Islam.
Kata Hunto berasal dari singkatan Ilohuntungo yang berarti basis atau perkumpulan Islam di masa itu.
Kini masjid tersebut masuk ke dalam cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.
Selain Masjid Hunto Sultan Amai Gorontalo, ada juga Monumen Nani Wartabone yang digunakan untuk mengenang jasa pahlawan nasional.
Monumen ini dibangun pada tahun 1987 oleh Wali Kota Gorontalo ke-5, Drs. A. Nadjamudin.
Nani Wartabone pernah meproklamasikan kemerdekaan pada 23 Januari 1942 atau tiga tahun sebelum Indonesia merdeka.
Salah satu kuliner yang identik dengan kebudayaan Kota Gorontalo adalah Tili’aya.
Melansir laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tili’aya disebut sebagai makanan favorit para raja sejak abad ke-5.
Tili’aya kemudian menjadi sajian khas yang hadir pada saat sahur sebagai makanan tambahan.
Kue ini terbuat dari capuran gula merah, telur, dan santan ini digunakan olang terdahulu sebagai makanan penahan lapar dan dahaga selama berpuasa.
Saat ini Tili’aya disajikan juga pada acara adat berdampingan dengan makanan lainnya.
Sumber:
ppid.gorontalokota.go.id
gorontaloprov.go.id
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id
tribunnewswiki.com
nu.or.id