Bripka Donni kemudian mendekati tempat AS dikurung dan diajak komunikasi.
"Pas saya datang saya ucapkan salam dia jawab. Saya tanya kabarnya, terus nyambung bicaranya. Terus saya bilang bapak kenal sama saya? Dia jawab oh iya kenal, Pak Edi kan katanya. Saya iya kan saja," ujar Donni.
Setelah merasa sudah nyambung komunikasi, Donni membuka empat gembok yang terpasang di pintu kerangkeng kayu. Sejumlah warga yang melihat dibuat tegang.
Donni terus mengajak AS bicara. Sementara rantai besi masih melekat di pinggang AS.
"Pinggangnya dirantai karena saking menakutkan warga di situ. Orangtuanya sering dipukuli," kata Donni.
Baca juga: Bidan Puskesmas di Pekanbaru Jadi Korban Pelecehan, Polisi Buru Pelaku
Berdasarkan keterangan orangtuanya, sebut Donni, AS dulunya pernah bekerja cari kayu di Jambi.
Pulang dari situ, tak lama istrinya meninggal dunia. AS diduga depresi sehingga mengalami gangguan jiwa.
"Pas saya tanya ke dia (AS) kenapa sampai seperti ini, dia jawab karena ada bisikan makanya saja kejar-kejar (orang)," kata Donni.
Donni menyebut, lebih kurang 10 menit waktu untuk melunakkan hati pria yang sudah memiliki satu orang anak itu. Anak AS saat ini kelas lima SD di Jambi.
Setelah itu, Donni membuka rantai yang melilit di pinggang AS. Dibantu sejumlah warga membawanya keluar dari kerangkeng kayu.
"Pak kades (kepala desa) dan warga kaget melihat saya bisa melunakkan hati AS. Mungkin karena aura baju dinas (polisi) juga dia mau nurut," sebut Donni.
Donni mengaku, sudah siap menghadapi risiko saat mengevakuasi AS. Namun, AS sama sekali tidak marah atau melawan saat dievakuasi.