KOMPAS.com - Trikora merupakan singkatan dari Tri Komando Rakyat yang yang merupakan salah satu dampak dari dilanggarnya hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di tahun 1949 oleh Belanda.
Dalam KMB disepakati bahwa kedudukan Irian Barat atau yang saat ini dikenal dengan Papua akan ditentukan selambat-lambatnya satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
Baca juga: Saat Korps Hiu Kencana Bikin Gentar Belanda di Operasi Trikora
Pada kenyataannya, Belanda tidak menunjukkan itikad untuk menyelesaikan masalah penyerahan Irian Barat.
Hal ini membuat Indonesia bereaksi dan melakukan perjuangan melalui beberapa jalur diplomasi termasuk dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung dan Sidang Umum PBB.
Baca juga: Trikora: Pembebasan Irian Barat
Jalan buntu yang dihadapi Indonesia membuat pemerintah dan rakyat juga menempuh jalur konfrontasi seperti pemutusan hubungan konsulat serta diplomatik, dan lahirnya Trikora.
Melansir laman pintar.jatengprov.go.id, Trikora atau Tri Komando Rakyat lahir pada tanggal 14 Desember 1961 dalam Pembentukan Dewan Pertahanan Nasional.
Baca juga: Trauma Trikora, Dwikora, dan Timor Timur...
Kemudian pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengeluarkan komando Trikora.
Seruan pembebasan Irian Barat ini digaungkan bertepatan dengan peringatan peristiwa Agresi Militer Belanda II.
Berikut adalah isi dari Tri Komando Rakyat atau Trikora:
1. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua Belanda.
2. Kibarkan sang Merah putih di Irian Barat.
3. Tanah Air Indonesia bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
R.Z Leirissa dkk dalam buku Sejarah Proses Integrasi Irian Jaya (1992) menjelaskan bahwa Komando Operasi Tertinggi (KOTI) dengan Presiden Soekarno sebagai panglima besar, Letjen Nasution sebagai wakil panglima besar serta Mayjen Ahmad Yani sebagai kepala staf menindaklanjuti Trikora dengan membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat .
Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 dengan Panglima Komando Mayor Jenderal Soeharto.
Tugasnya tak lain adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi-operasi militer demi mengembalikan Irian Barat dari tangan penjajah.
Operasi ini juga menargetkan kembalinya situasi militer di Irian Barat sesuai kondusif dan menciptakan daerah-daerah di mana secara de facto bebas atau diduduki unsur-unsur kekuasaan dari pemerintahan RI.
Komando Mandala menyusun suatu rencana serangan terbuka yang diberi nama Operasi Jayawijaya.