Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan MS, Guru SD yang Hukum Muridnya Makan Sampah: Saya Emosi dan Kebetulan Khilaf

Kompas.com - 30/01/2022, 05:30 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Peristiwa murid kelas 3 sekolah dasar di Buton, Sulawesi Tenggara, yang disuruh gurunya untuk makan sampah, sempat menjadi sorotan.

Belakangan sosok oknum guru berinisial MS tersebut meminta maaf atas perbuatannya.

“Saya minta maaf sama orangtua yang bersangkutan, yang jelasnya saya tidak akan ulang apa yang saya lakukan,” ujarnya, Jumat (29/1/2022).

MS merupakan guru di SDN 50 Buton. Ia mengatakan, saat itu dirinya merasa emosi.

“Kurang tahu juga (mengapa lakukan itu), karena saya sudah emosi juga. Kebetulan saya khilaf, Pak. Kondisinya saat siswa selain ribut juga teriak-teriak, memang saat itu ada kegiatan ulang tahun perwaliannya, saya tidak tahu sama sekali,” ucapnya.

Baca juga: Mengaku Khilaf, Guru SD di Buton Minta Maaf Hukum Siswa Makan Sampah

Kronologi

Kejadian itu berlangsung pada 21 Januari 2022.

Kala itu, MS sedang mengajar di kelas 4. Kelasnya mengajar dan kelas tempat kejadian bersebelahan.

Ketika dirinya mengajar, murid-murid di kelas 3 ribut karena guru wali kelasnya belum datang.

MS lantas mendatangi kelas 3 untuk mengimbau agar siswa tidak ribut.

Baca juga: Seorang Guru SD di Buton Diduga Hukum Belasan Siswanya dengan Memberi Makan Sampah

Namun, tatkala MS melanjutkan mengajar di kelas 4, siswa kelas 3 kembali ribut.

Ia kemudian kembali ke kelas itu untuk memberikan hukuman. MS mengambil bungkus snack di tempat sampah depan kelas. Bungkus itu ia potong kecil-kecil.

Lalu, dia memberikan potongan bungkus snack itu kepada 15 siswa kelas 3 dan menyuruh mereka memakannya.

Dia kembali minta maaf atas tindakannya itu.

“Sekali lagi saya minta maaf kepada orangtua siswa dan keluarganya, yang jelas apa yang saya lakukan spontan begitu saja kepada siswa,” tuturnya.

Baca juga: Dinas Pendidikan Buton Nonaktifkan Guru yang Hukum Siswa dengan Beri Makan Sampah

 

Dilaporkan ke polisi

Keluarga dari seorang siswa SDN 50 Buton, Sulawesi Tenggara, akhirnya membuat laporan ke Polres Buton terkait dugaan seorang guru menghukum belasan siswanya dengan memberi makan sampah plastik.DEFRIATNO NEKE Keluarga dari seorang siswa SDN 50 Buton, Sulawesi Tenggara, akhirnya membuat laporan ke Polres Buton terkait dugaan seorang guru menghukum belasan siswanya dengan memberi makan sampah plastik.

Salah satu keluarga siswa telah melaporkan MS ke Kepolisian Resor (Polres) Buton.

Prisca Leda, salah satu keluarga korban, menegaskan bahwa keluarga tidak terima dengan ulah pelaku.

Menurutnya, tindakan oknum guru tersebut tidaklah manusiawi.

“Salah satunya (korban) adalah keponakan saya. Kalau dari kami, ini sangat keji. Perlakuan guru tersebut tidak pantas untuk mendidik,” jelas Prisca, Kamis (28/1/2022).

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Buton AKP Aslim menjelaskan, polisi sudah menerima laporan korban.

Baca juga: Oknum Guru di Buton Beri Makan Sampah ke Siswa, Keluarga Korban Lapor Polisi

Polisi, kata Aslim, juga telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dan orangtuanya.

“Hari ini rencana kami melakukan tindak lanjut dengan mengirimkan surat undangan klarifikasi atau panggilan terhadap saksi-saksi,” terangnya, Kamis.

Aslim menambahkan, saksi-saksi yang dipanggil yaitu dari pihak sekolah dan juga murid lain yang menjadi korban dari MS.

“Saat ini kami masih melakukan proses penyelidikan. Setelah penyelidikan, baru kita menyimpulkan apakah kasus ini kita tingkatkan ketahap penyidikan. Sampai saat ini kita belum menetapkan tersangka,” ungkapnya.

Baca juga: Buntut Hukum Muridnya Makan Sampah, Guru SD di Buton Tak Diberikan Jam Mengajar dan Dilaporkan ke Polisi

Oknum guru dinonaktifkan dari mengajar

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton, Harmin.DEFRIATNO NEKE Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton, Harmin.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Harmin angkat bicara soal kasus ini.

Harmin menuturkan, oknum guru tersebut telah dinonaktifkan mengajar. Keputusan ini diambil karena siswa mengalami trauma atas perbuatan MS.

“Dari tindakan kami dinas pendidikan dengan kepala sekolah, guru yang bersangkutan ini berhenti dulu mengajar, karena menurut informasi anak-anak trauma. ternyata saya lihat kemarin tidak seperti itu,” paparnya, Jumat.

Baca juga: Guru di Buton Diduga Hukum Murid Makan Sampah, Korban: Tak Mau Sekolah, Gurunya Jahat

Ia menyampaikan, dirinya tidak setuju dengan tindakan MS yang menghukum dengan cara makan sampah plastik.

“Pada prinsipnya saya secara pribadi maupun kelembagaan memang tidak setuju dengan cara seperti itu,” tandasnya.

Meski nonaktif mengajar, MS tetap diwajibkan untuk selalu hadir di sekolah.

Selain itu, dinas pendidikan juga menunggu hasil perkembangan yang dilakukan oleh kepolisian.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Baubau, Defriatno Neke | Editor: Priska Sari Pratiwi, Ardi Priyatno Utomo)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rem Blong, Truk Bermuatan 6 Ton Semangka Terguling di Wonosobo

Rem Blong, Truk Bermuatan 6 Ton Semangka Terguling di Wonosobo

Regional
'Niscala' Jadi Tema HUT Ke-477 Kota Semarang, Ini Artinya

"Niscala" Jadi Tema HUT Ke-477 Kota Semarang, Ini Artinya

Regional
Dilaporkan Warga, Tukang Nasi Goreng dan Ojol di Serang Ditangkap Edarkan Sabu

Dilaporkan Warga, Tukang Nasi Goreng dan Ojol di Serang Ditangkap Edarkan Sabu

Regional
Polres OKI Tangkap 3 Begal Sopir Truk di Mesuji

Polres OKI Tangkap 3 Begal Sopir Truk di Mesuji

Regional
Di Hadapan Peserta Upacara Hardiknas, Bupati Blora Sampaikan Pidato Mendikbud Ristek

Di Hadapan Peserta Upacara Hardiknas, Bupati Blora Sampaikan Pidato Mendikbud Ristek

Kilas Daerah
Sungai Cibereum Meluap, Warga Lebak Siap-siap Mengungsi

Sungai Cibereum Meluap, Warga Lebak Siap-siap Mengungsi

Regional
Kisah Kakak Adik di Pelosok Manggarai Timur NTT, Hidup Telantar Ditinggalkan Orangtua

Kisah Kakak Adik di Pelosok Manggarai Timur NTT, Hidup Telantar Ditinggalkan Orangtua

Regional
Curhat ke Presiden Jokowi, Pedagang Pasar Seketeng: Kasihan Anak Saya, Sudah Lama Mengabdi

Curhat ke Presiden Jokowi, Pedagang Pasar Seketeng: Kasihan Anak Saya, Sudah Lama Mengabdi

Regional
Usia 81 Tahun, Zalia Jadi Calon Jemaah Haji Tertua di Belitung

Usia 81 Tahun, Zalia Jadi Calon Jemaah Haji Tertua di Belitung

Regional
Puluhan Caleg di Jateng Protes karena Terancam Tak Dilantik, PDI-P: Silakan Tempuh Mekanisme yang Ada

Puluhan Caleg di Jateng Protes karena Terancam Tak Dilantik, PDI-P: Silakan Tempuh Mekanisme yang Ada

Regional
Babel Latih Juru Sembelih Hewan Kurban Se-Pulau Bangka

Babel Latih Juru Sembelih Hewan Kurban Se-Pulau Bangka

Regional
Gunung Ruang Kembali Alami Erupsi, Warga: Anak-anak Saya Panik, Tanya Kenapa Gunung Kita Keluarkan Api?

Gunung Ruang Kembali Alami Erupsi, Warga: Anak-anak Saya Panik, Tanya Kenapa Gunung Kita Keluarkan Api?

Regional
Kapal Wisata Terbakar di Perairan Pulau Penga Labuan Bajo, 4 Orang Luka dan Sesak Napas

Kapal Wisata Terbakar di Perairan Pulau Penga Labuan Bajo, 4 Orang Luka dan Sesak Napas

Regional
Jelang 'Turun', 65 Anggota DPRD Sumbar Gagas Perjalanan ke Luar Negeri

Jelang "Turun", 65 Anggota DPRD Sumbar Gagas Perjalanan ke Luar Negeri

Regional
Nobar Piala Asia U-23 di Balai Kota, DLH Solo Sebut Banyak Sampah Berserakan dan Tanaman Diinjak-injak

Nobar Piala Asia U-23 di Balai Kota, DLH Solo Sebut Banyak Sampah Berserakan dan Tanaman Diinjak-injak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com