Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sumanto yang Tak Lagi Punya Tetangga Setelah Terdampak Proyek Tol Solo-Yogyakarta

Kompas.com - 26/01/2022, 13:34 WIB
Labib Zamani,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Belasan rumah warga Dusun Ngentak RT 014, RW 005, Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sudah rata tanah.

Dusun itu dahulunya ditempati 18 kepala keluarga (KK) terdiri ratusan jiwa. Sekarang semuanya sudah pindah ke berbagai tempat.

Bangunan rumah mereka semua sudah dirobohkan. Hanya tersisa satu rumah bercat hijau yang masih berdiri kokoh.

Baca juga: Tukang Batu di Klaten Terima Ganti Rugi Tol Solo-Yogyakarta Rp 3,2 Miliar

Rumah itu milik keluarga Sumanto (58). Rumah pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu berada di tepi jalan tepatnya, di pojok perempatan.

Di belakang rumah Sumanto masih tersisa satu bangunan musala. Tetapi, tidak lama lagi musala yang dibangun sekitar 2020 itu juga akan ikut dirobohkan.

Kementerian PUPR Mulai Konstruksi Tol Solo-Yogyakarta-Bandara YIA Kulon Progo Kementerian PUPR Kementerian PUPR Mulai Konstruksi Tol Solo-Yogyakarta-Bandara YIA Kulon Progo

Rumah Sumanto merupakan satu-satunya bangunan yang tidak terkena dampak proyek pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta.

"Dulu di sini ada 18 KK. Karena ada pembangunan jalan tol semua kena. Mereka ada yang pindah di Gawok, Delanggu, Sribit, Segaran, dan Juwiring," kata Sumanto ditemui di rumahnya, Rabu (26/1/2022).

Baca juga: Fortuner Terbalik di Tol Solo-Ngawi, 2 Penumpang Tewas

Sumanto mengatakan warga menerima informasi jika wilayahnya terkena dampak pembangunan jalan tol yang memiliki panjang 96,57 kilometer secara mendadak.

Mau tidak mau warga harus merelakan rumahnya dan pekarangan serta sawahnya digunakan untuk pembangunan jalan tol.

"Kami dapat informasi mau dibangun jalan tol baru tahun kemarin. Jadi langsung (mendadak)," ungkap dia.

 

Rumah milik Sumanto di Dusun Ngentak RT 014, RW 005, Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (26/1/2022).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Rumah milik Sumanto di Dusun Ngentak RT 014, RW 005, Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (26/1/2022).
Menurut Sumanto, warga satu rukun tetangga (RT) Dusun Ngentak sudah lama mendengar informasi rencana pembangunan jalan tol pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Akan tetapi, daerah yang terkena dampak pembangunan jalan tol tersebut adalah Dusun Siman yang terletak di barat daya Dusun Ngentak atau sekitar satu kilometer.

Rencana pembangunan jalan tol oleh Presiden Soeharto mandek. Rencananya diteruskan anak Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti Indra Rukmana alias Tutut Soeharto.

Baca juga: Gibran Sebut Solo Diuntungkan Adanya Jalan Tol Solo-Ngawi

Namun, sampai sekarang pembangunan jalan tol tersebut tidak terealisasi. Justru, pembangunan jalan tol ini dilakukan oleh Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi).

"Dulu katanya tahun 2000 harus jadi jalan tolnya. Tapi berhenti. Tahu-tahunya Pak Jokowi yang bangun jalan tol. Ternyata dusun yang terkena dampak pembangunan jalan tol ini Dusun Ngetak RT 014," kata Sumanto yang juga berjualan kuliner soto.

Meskipun terkena dampak, warga langsung menyetujui besaran nilai ganti untung dari pembangunan jalan tol. Mereka beralasan agar proyek nasional tersebut segera terbangun.

"Warga dikasih undangan dari kelurahan suruh berkumpul, mendengarkan informasi di Desa Kranggan dilewati jalan tol. Ternyata, betul didatangi dari kecamatan, BPN. Mereka memberi saran mau dibangun jalan tol. Akhirnya semua warga langsung menyetujui besaran nilai ganti untung," terang dia.

Baca juga: Warga Sleman Penerima Ganti Rugi Tol Yogya-Bawen Pilih Beli Vila ketimbang Mobil

Setelah menerima uang ganti untung dari proyek pembangunan jalan tol, warga kemudian meninggalkan rumah mereka dan pindah ke berbagai tempat.

Sedang Sumanto tetap tinggal di RT 014 Dusun Ngentak bersama dengan keluarga.

Sebab, kata Sumanto lahan miliknya yang terkena dampak pembangunan jalan tol tersebut berupa tanah persawahan seluas 980 meter persegi.

 

Sumanto menerima uang ganti rugi pembangunan jalan tol sebesar Rp 625 juta. Uang tersebut langsung dia gunakan untuk membeli lahan sawah lagi dan merenovasi rumahnya.

"Saya tinggal sendiri sama anak-anak dan istri. Tetangga semua sudah pindahan karena rumah mereka terkena pembangunan tol," kata bapak dua anak tersebut.

Sumanto mengaku tidak mempermasalahkan hidup sendiri. Di dusun tersebut keluarga Sumanto juga tergolong baru. Sumanto bersama keluarga tinggal di Dusun Ngentak tahun 2013.

Baca juga: Tukang Batu di Klaten Terima Ganti Rugi Tol Solo-Yogyakarta Rp 3,2 Miliar

Awalnya, Sumanto tinggal di Kecamatan Delanggu. Karena lahan miliknya terkena proyek pelebaran jalan, Sumanto dan keluarga akhirnya pindah ke Dusun Ngentak, Polanharjo hingga sekarang.

Sebelumnya, Kepala Seksi Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten, Sulistiyono mengatakan sudah 21 desa di sembilan kecamatan yang sudah menerima ganti untung dampak pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta.

Dari 21 desa itu paling banyak yang menerima ganti untung adalah Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo.

Baca juga: Terima Ganti Rugi Tol Yogya-Bawen, Warga Tirtoadi Sleman Mendadak Jadi Miliarder

Menurut Sulis Desa Kapungan ini menjadi titik lingkar susun jalan tol Solo-Yogyakarta.

"Untuk bidang tanah di 21 desa itu nilainya mencapai Rp 1,17 triliun. Yang paling banyak menerima pembayaran itu Desa Kapungan karena di situ untuk lingkar susun," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com