Nama Garis Weber diambil dari sosok Max Weber yang memimpin Ekspedisi Siboga yang menemukan perbedaan kedalaman laut yang paling mungkin untuk memberikan peluang yang sama akan kehadiran fauna Asia dan Australia di wilayah tersebut.
Garis Weber memanjang dari Kepulauan Riau sampai ke Daratan Sahul, serta daratan sahul ke sisi barat kawasan Nusa tenggara.
Selain Garis Wallace dan Garis Weber, ada pula Garis Lydekker yang diusulkan oleh geolog asal Inggris bernama Richard Lydekker.
Garis Lydekker ini merupakan pemisahan antara daerah Wallace dengan Indonesia bagian Timur.
Kemudian, kawasan di antara Garis Wallace dengan Garis Lydekker pun dikenal dengan Wallacea.
Wallacea adalah kawasan peralihan antara fauna Asia dengan Australasia yang meliputi Maluku Utara, NTT, Sulawesi, dan NTB.
Letak Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera nyatanya berhasil membentuk bioregion yang menjadikannya memiliki tiga tipe yaitu fauna Indonesia bagian barat (asiatis), fauna Indonesia bagian tengah (peralihan), dan fauna Indonesia bagian timur (australis).
Fauna Indonesia bagian barat (asiatis) di daerah Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Bali memiliki kemiripan dengan fauna di benua Asia.
Jenis fauna di daerah ini biasanya berukuran besar seperti gajah, banteng, kerbau, macan, tapir, dan masih banyak lagi.
Jenis fauna Indonesia bagian tengah (peralihan) berada di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Fauna bagian tengah ini lebih didominasi jenis reptil, jenis burung, hingga jenis hewan mamalia. Beberapa yang terkenal adalah burung maleo dan komodo.
Fauna Indonesia bagian timur (australis) tersebar di wilayah Halmahera, Kepulauan Aru, dan Papua.
Memiliki kemiripan dengan fauna di benua Australia, jenis-jenis fauna yang bisa ditemukan mayoritas adalah jenis reptil, marsupial dan burung eksotis seperti kanguru,kuskus, kelelawar, burung cendrawasih, dan burung kasuari.
Sumber:
oseanografi.lipi.go.id
menlhk.go.id
indonesia.go.id
jogjaprov.go.id
bobo.grid.id