Selain penerbangan militer, pemerintah Hindia Belanda juga mencoba peruntungan dengan menjalankan penerbangan komersil.
Penerbangan komersil ini ditandai dengan berdirinya maskapai Belanda yang bernama Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) pada tahun 1928.
Maskapai ini berdiri sebagai hasil kerja sama sejumlah perusahaan dagang, salah satunya perusahaan penerbangan Kerajaan Belanda yang bernama KLM (Koninklijk Luchvaart Maatschappij).
Munculnya KNILM menjadi tonggak baru perkembangan penerbangan di Indonesia saat itu. KNILM mengenalkan sistem penerbangan berjadwal pertama di Hindia Belanda.
Di antara jadwal penerbangan yang ada yaitu Batavia-Bandung satu kali dalam seminggu, Batavia-Surabaya satu hari sekali dengan transit di Semarang.
Baca juga: Jejak Bandara Internasional Pertama Indonesia di Kemayoran
Kemudian ada juga rute Batavia-Palembang-Pekanbar-Medan dengan frekuensi satu kali seminggu. Bahkan ada pula rute Batavia hingga Singapura dan Australia.
Rute-rute yang ada menandakan bahwa sejak masa itu sudah ada bandara di kota-kota seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Pekanbar, Medan, Palembang, dan sebagainya.
Adapun pesawat yang digunakan pada awal KNILM yaitu pesawat jenis Fokker, seperti Fokker F.VIIb, Fokker F.XII. Pesawat ini bisa mengangkut sekitar 2-5 orang.
Pada perkembangan berikutnya, muncul pesawat jenis DC, seperti 3 Douglas DC-3, 4 Douglas DC-5, dan Sikorsky S-43. Tentu saja, pesawat-pesawat ini memiliki daya angkut lebih besar dari sebelumnya.
Disinggung sebelumnya bahwa KNILM juga menjalankan rute penerbangan hingga Singapura dan Australia.
Ini menandakan bahwa sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, Nusantara sudah memiliki bandara internasional yaitu Bandara Kemayoran Batavia. Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 1940.
Melansir laman Garuda Indonesia, penerbangan sipil pertama pada masa kemerdekaan diinisiasi oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Tepatnya pada 26 Januari 1949, AURI menyewakan pesawat bernama Indonesian Airways kepada pemerintah Burma.
Baca juga: Perjalanan Sejarah Garuda Indonesia..
Namun penyewaa ini harus berakhir seiring disepakatinya Konferensi Meja Bundar (KMB). Seluruh awak Indonesian Airways kembali ke Tanah Air pada tahun 1950, dengan pesawat dan fungsinya kembali kepada AURI.