Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Ingin Tahu Mengapa Anak Saya Meninggal, Jangan Ada Gilang Gilang Berikutnya"

Kompas.com - 07/11/2021, 18:44 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Meski berat, Sunardi harus mengikhlaskan anaknya yang meninggal dalam Diklatsar Pra Gladi Patria XXXVI Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa (Menwa) Universitas Sebelas Maret (UNS), Minggu (24/10/2021).

Ditemui di kediamannya, Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dia mengaku tidak menuntut apa-apa, kecuali rasa ingin tahu tentang penyebab detail meninggalnya Gilang Endi Saputra (21).

"Saya dan keluarga tidak untuk menuntut atau apa. Hanya ingin mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan anak saya Gilang sampai meninggal," ujar Sunardi.

Baca juga: Rektor UNS Minta Maaf Atas Meninggalnya Gilang Endi Saat Diklat Menwa

Sambil menunduk, Sunardi meminta agar kejadian yang menimpa putranya menjadi yang terakhir.

"Kami mohon aparat terkait untuk diusut seadil-adilnya, nantinya tidak ada Gilang Gilang berikutnya," kata Sunardi.

Tidak menyangka ikut Menwa

Foto Gilang Endi, mahasiswa yang meninggal saat mengikuti Diklatsar Menwa UNS, dipajang di Boulevard UNS, saat doa bersama 100 Lilin untuk GE, Selasa (26/10/2021) malam.KOMPAS.COM/JAWAHIR GUSTAV RIZAL Foto Gilang Endi, mahasiswa yang meninggal saat mengikuti Diklatsar Menwa UNS, dipajang di Boulevard UNS, saat doa bersama 100 Lilin untuk GE, Selasa (26/10/2021) malam.

Sunardi mengaku tidak menyangka anaknya berniat mengikuti Korps Mahasiswa Siaga atau Menwa, sebab Gilang pernah mengatakan keinginannya ikut BEM.

"Kok tahu-tahu mau ikut Menwa," kata dia.

Sebelumnya, sang ibu juga pernah mengarahkan Gilang untuk menjadi anggota TNI, namun tidak berminat.

Sunardi sendiri adalah seorang purnawirawan TNI.

"Setelah jadi mahasiswa kok malah pengin masuk ke Menwa, tapi kalau namanya sudah takdir Allah mau bagaimana lagi," kata dia.

Sunardi mengungkap ibunya sempat tidak merestui Gilang ikut kegiatan Menwa karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Keluarga tidak pernah menyangka akan terjadi seperti ini. Tidak sama sekali. Siapa yang punya harapan anaknya untuk seperti itu," tambah Sunardi.

Baca juga: Gilang Endi Tewas Dianiaya, 2 Panitia Diklatsar Menwa Jadi Tersangka, Rektor UNS Solo Minta Maaf

 

Selebaran bubarkan memenuhi Markas Menwa UNS Solo.KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Selebaran bubarkan memenuhi Markas Menwa UNS Solo.
Sang ayah ikut siapkan perlengkapan

Mengetahui keinginan Gilang mengikuti Menwa, Sunardi pun membantu anaknya menyiapkan perlengkapan untuk diklatsar, salah satunya sepatu PDL.

Sunardi menyiapkan sepasang sepatu PDL, namun ternyata jenisnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Sepatu yang dicari ialah PDL kulit jeruk model lama.

"Sebelum cari perlengkapan mandi bilang gini 'Pak sepatunya nanti bukan pakai yang ini'. Kan sudah saya siapin sepatu baru yang militer kanvas ada ritsleting itu. Bukan pakai sepatu yang ini itu pak," kata Sunardi.

Baca juga: 2 Tersangka Disebut Bertindak Berlebihan hingga Gilang Tewas Saat Diklatsar Menwa UNS

Untungnya Sunardi masih memiliki beberapa sepatu yang dia peroleh saat masih aktif sebagai TNI.

"Yang saya kasihkan (Gilang) kebetulan sepatu belum saya pakai waktu pembagian sudah lama. Terus saya bersihkan, saya lap kain basah," terang dia.

"Kalau bilang dari kemarin bisa direndam dulu, Mas (Gilang). Nanti dipakai kan lemas, enak. Kalau seandainya bilang kemarin. Saya rendam kemudian jemur sebentar kan dipakai bisa lemas," kata Sunardi pada Gilang saat itu.

Baca juga: Kenangan Ayah Gilang Sebelum Anaknya Meninggal Saat Diklatsar Menwa UNS, Sempat Diminta Masuk TNI

Sempat antar cukur

Gilang menyiapkan perlengkapan tersebut pada Jumat sore karena seharian dia masih mengikuti kuliah.

Setelah sepatunya siap, Gilang kemudian berangkat cukur diantar Sunardi dan sang ibu menggunakan sepeda motor.

"Saya naik sepeda motor berdua sama mamanya. Gilang naik sepeda motor sendiri. Dia nyari tukang cukur kebetulan lokasinya dekat dan masih buka. Dia cukur tanya potongannya 010 ngomong gitu. Cepak saya bilang gitu, akmil saya bilang gitu," ungkap dia.

Usai potong rambut, Gilang pulang ke rumah dan melanjutkan persiapan untuk mengikuti Diklatsar.

Jumat sore, Gilang harus berangkat untuk menginap ke kos temannya, karena kegiatan diklat harus dimulai pukul 06.00 WIB pada Sabtu keesokan harinya.

"Mamanya minta Gilang makan dulu sebelum berangkat. Mamanya cerewet masalah makan sama anaknya. Mandi, dia ngobrol-ngobrol sama mamanya. Kok enggak besok saja ke kampusnya. Besok jam 6 sudah harus siap untuk latihan diklat," terangnya. Dia juga bilang teman saya mau menginap di kosan," terang dia.

Baca juga: 2 Panitia Diklatsar Menwa UNS Jadi Tersangka, Polisi Sebut Pelaku Menganiaya Gilang Endi

 

Ilustrasi jenazahKompas.com Ilustrasi jenazah
Didatangi mahasiswa, diajak ke RS

Pada hari pertama diklat, Sabtu (23/11/2021), ibunya sempat menghubungi Gilang, namun tidak tersambung.

"Mamanya hubungi lewat WA (WhatsApp) sudah tidak nyambung. Mas Gilang ini sudah off, sudah latihan gitu," ujar dia.

Bahkan sampai Minggu (24/10/2021) malam, ponsel Gilang tidak bisa dihubungi.

Baru Senin (25/10/2021) dini hari, ada dua orang mahasiswa mendatangi rumahnya dan meminta Sunardi mendatangi RSUD dr Moewardi, Solo.

Kedua mahasiswa itu tidak menjelaskan apa yang terjadi pada Gilang hingga masuk rumah sakit.

Karena masih penasaran, Sunardi pun menanyakan kembali kepada mahasiswa tersebut karena Gilang masih ikut diklatsar.

Baca juga: Momen Rektor UNS Ziarah ke Makam Mahasiswa yang Meninggal Saat Diklat Menwa, Minta Maaf ke Keluarga

Dua mahasiswa itu menjawab akan memberi tahu setelah sampai di rumah sakit.

Sunardi dan istri kemudian berangkat ke RSUD Dr Moewardi Solo dengan mengendarai sepeda motor.

"Sampai rumah sakit saya langsung diarahkan di depan IGD," kata dia.

Sunardi dan istri akhirnya tahu ternyata anaknya sudah tak lagi bernyawa.

Sunardi pun teringat Gilang yang terlihat semangat saat berangkat untuk mengikuti diklatsar.

Kondisinya juga sehat dan tidak memiliki riwayat sakit apa pun. Gilang selama ini dikenal sebagai anak yang suka berolahraga.

Adapun dari kasus Gilang, dua panitia diksar kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka dinilai melakukan tindakan berlebihan hingga menyebabkan tewasnya Gilang.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Regional
Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Regional
Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Regional
Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Regional
Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Regional
Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Regional
Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Regional
Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Regional
Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Regional
Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Regional
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Regional
Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Regional
KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

Regional
500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

Regional
Panik Ular Masuk Dapur, Ibu di Salatiga Tidak Telepon Damkar tapi Ojek Online

Panik Ular Masuk Dapur, Ibu di Salatiga Tidak Telepon Damkar tapi Ojek Online

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com