MADIUN, KOMPAS.com- Dua pekan terakhir Madiun dilanda kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar bersubsidi.
Untuk mendapatkan beberapa liter solar, warga terpaksa harus mengantre hingga berjam-jam.
Baca juga: Atletnya Raih Medali di Pon XX Papua, Pemkot Madiun Beri Bonus, Biaya Kuliah, hingga Pekerjaan
Pemandangan kelangkaan solar salah satunya terlihat dari banyaknya antrean kendaraan di SPBU Jalan Madiun-Ponorogo, Desa Sangen, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Selasa (19/10/2021).
Tidak hanya kendaraan bermotor roda empat atau roda enam saja yang mengantre di SPBU, beberapa petani juga terlihat antre membeli solar dengan membawa jeriken.
Di SPBU tersebut, antrean kendaraan mengular hingga mencapai 100 meter dan sampai ke akses keluar area SPBU.
Untuk mendapatkan solar, para petani harus rela berangkat selepas subuh. Mereka harus mengecek ketersediaan solar beberapa SPBU sebelum mengantre.
"Tadi saya berangkat dari rumah sekitar pukul 05.00 pagi. Lantaran disini (SPBU Sangen) masih kosong saya mencari di SPBU lain," ungkap Sumarno.
Namun, saat mencari di dua SPBU di Madiun lain tidak tersedia solar bersubsidi.
Baca juga: SD, SMP dan SMA di Kota Madiun Sudah PTM, TK Tunggu Zona Hijau
Tak menyerah mencari solar, Sumarno warga Desa Uteran, Kecamatan Geger itu kembali ke SPBU Sangen.
Namun setibanya di SPBU Sangem, antrean sudah panjang.
Melihat panjangnya antrean, Sumarno mengaku pasrah apakah dirinya bisa mendapatkan solar atau sebaliknya.
Baca juga: Hujan Disertai Angin Kencang Landa Madiun, 3 Rumah Roboh
Sementara itu Andri, seorang pengemudi truk yang mengantre di SPBU mengaku kelangkaan solar bersubsidi di Madiun sudah terjadi sejak pekan lalu.
Untuk mendapatkan solar, dia harus mengantre lama. Tak hanya itu, bila kehabisan harus mencari di SPBU lain
"Terkadang harus antre sampai dua jam," jelas Andri.
Kelangkaan solar bersubsidi menjadikan usahanya merugi. Terlebih usahanya banyak mengandalkan angkutan kendaraan yang berbahan bakar solar.
Bila dipaksa membeli solar non subsidi maka usahanya tidak akan meraup untung.
Andri berharap pemerintah tidak membatasi ketersediaan solar bersubsidi. Dengan demikian warga yang memiliki usaha kecil dan bergantung pada solar bersubsidi tidak merugi.
Baca juga: Pemkot Madiun Gelar Vaksinasi di Pasar, Sasar Pedagang dan Pengunjung, Warga Luar Daerah Boleh Ikut
Pengawas SPBU Sangen, Mahendra menyatakan, kondisi antrean kendaraan untuk mendapatkan solar bersubsidi sudah berlangsung dua pekan.
Ia tidak mengetahui alasan banyak warga mengantre membeli solar di SPBU Sangen.
"Mungkin di SPBU lain kosong. Makanya pada larinya ke sini,” kata Mahendra.
Padahal jatah solar untuk SPBU Sangen tidak berkurang. Setiap hari Pertamina memberikan stok 8.000 liter solar di tempatnya.
Bagi petani yang membeli solar diijinkan dengan jatah maksimal 60 liter per hari.
Selain itu petani wajib membawa surat rekomendasi dari dinas terkait sebagai penerima solar bersubsidi.
Pengawas SPBU Sangen lainnya, Edi menambahkan, permintaan solar sangat tinggi lantaran saat ini masa tanam bagi petani.
Kondisi itu menjadikan para petani ini membutuhkan solar untuk kebutuhan bahan bakar mesin diesel.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.