Jalur populer untuk mengawali pendakian Gunung Argopuro adalah Desa Bremi, Kecamatan Krecil, Kabupaten Probolinggo.
Namun idaman para pendaki yaitu di Desa Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo.
Hal itu karena beberapa alasan. Pertama, trek dari Pos Baderan lebih landai dan panjang dibanding Bremi.
Selain itu, untuk mendaki dari Pos Baderan dinilai lebih banyak bonus dibanding melalui Bremi yang curam namun lebih dekat menuju puncak.
Baca juga: Wow, Willem Sigar Hanya Perlu 23 Jam untuk Mendaki Gunung Argopuro
Pendakian Gunung Argopuro melalui Desa Bremi Situbondo dapat dilakukan dengan mendatangi Pos Bremi untuk membayar bea masuk Suaka Marga Satwa Tinggi Hyang.
Tiket pendakian Gunung Argopuro sebesar Rp 20.000 per hari dan Rp 30.000 per hari saat akhir pekan.
Jika membawa kendaraan pribadi dapat menitipkan di base camp baik Baderan maupun Bremi. Harga penitipan kendaraan sekitar Rp 5.000 hingga 10.000.
Baca juga: Kebakaran Hutan di Kawasan Kawah Ijen Banyuwangi, Diduga Akibat Keteledoran Manusia
Perjalanan dimulai menggunakan ojek dari Pos Baderan melalui medan makadam dan kemungkinan berlumpur saat musim hujan.
Transportasi ojek hanya boleh hingga simpangan atau batas kawasan.
Sesampainya di batas kawasan, pendakian menuju mata air satu dengan medan yang mulai menanjak.
Di mata air satu terdapat bangunan dan lahan kosong yang dapat digunakan untuk rehat atau shalat.
Baca juga: 5 Alasan Mendaki Gunung Ijen Itu Mudah, Cocok untuk Pendaki Pemula
Seusai rehat di pos 1, perjalanan dilanjutkan menuju mata air dua dengan medan yang semakin ekstrem.
Proses perjalanan akan melalui alun-alun kecil maupun besar berupa hamparan padang rumput yang luas.
Jika musim hujan, rumput akan sangat terlihat hijau. Perjalanan juga melalui hutan cemara Gunung Ling-Ling dan mata air dua.
Setelah melewati spot-spot tersebut, perjalanan mendekati Cikasur akan ditemukan sungai qolbu. Sungai yang berisikan air segar dan rimbunnya selada air.
Baca juga: Mendaki Gunung Ijen dengan Bupati Banyuwangi, Puan: Keren Banget...
“Ini sumber air para pendaki yang bermalam di Cikasur. Berasal dari mata air langsung dan menjadi sumber bagi masyarakat yang bermukim di bawah Argopuro,” kata Gatut Panggah Prasetyo guide virtual tour.
Meski melalui trek panjang, keindahan Gunung Argopuro menjadi favorit para pendaki.
Gunung ini menyimpan kekayaan flora-fauna, bentangan alam yang indah dan masih asri. Tak ketinggalan pula dengan cerita mistisnya.
Baca juga: Merayakan 100 Tahun Dam Kawah Gunung Ijen Melalui Kartu Pos
Mengingat dahulunya sempat menjadi tempat latihan perang Jepang, kawasan tersebut dilengkapi dengan landasan pesawat dan bunker.
“Bukti sejarah bahwa kawasan konservasi ini sudah dikelola sejak Kolonial Belanda. Ini ada bangunan yang dulunya juga digunakan untuk tempat wisata lokal. Selain konservasi tapi juga cerita jaman kolonial Belanda hingga kerajaan jaman Majapahit yang dikenal Puncak Rengganis dan Argopuro,” kata Gatut.
Hari ketiga perjalanan bisa dilanjutkan ke sabana lonceng, camp terdekat dari semua puncak di Gunung Argopuro.
Baca juga: Erupsi Gunung Ile Lewotolok, Tercatat 6 Kali Letusan dalam Sehari
Estimasi pendakian sekitar 8-10 jam dari Cikasur dengan medan yang semakin menanjak menuju puncak.
Pendaki juga masih bisa mengisi air si Rawa Embik. Sesampainya di Sabana Lonceng diimbau untuk lekas membuka tenda karena suhu sangat dingin.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke puncak. Pendaki bisa memilih salah satu dari Puncak Argopuro atau Puncak Rengganis. Tak sedikit pula pendaki yang mengunjungi dua puncak sekaligus.
Baca juga: Pandanrejo, Desa Wisata di Purworejo untuk Lihat 5 Gunung di Pulau Jawa
“Perjalananya cukup menguras tenaga, tapi Gunung Argopuro punya daya tarik sendiri. Sudah sampai di Danau Taman Hidup terbayar, ga mau pulang dan jadi lupa kalau buat sampai ke Danau Taman Hidup itu susah,” ujar pendaki Silvi Rahmadanti (22).
Mahasiswi Universitas Brawijaya ini menambahkan, tanpa ada pendakian lain dari rombongannya membuat suasana Danau Taman Hidup semakin tenang.
“Berangkat tiga orang dari Malang, memang tertarik untuk ke Argopuro setelah dengar cerita dari teman-teman yang pernah mendaki ke sana,” katanya.
Baca juga: 4 Fakta Terkini Erupsi Gunung Ile Lewotolok di NTT, 16 Kali Letusan dan Terdengar Suara Dentuman
Danau Taman Hidup menyimpan keindahan dan sarat mistis.
Danau di tengah hutan lebat ini dikenal sebagai tempat bermainnya putri dari selir Prabu Brawijaya pada masa Kerajaan Majapahit, Dewi Rengganis.
Pendaki harus berhati-hati dalam bertingkah laku, tidak boleh berkata kasar dan berteriak. Terlepas dari sisi mistisnya, setiap pendaki memang tidak boleh sembarang saat pendakian.
Tujuannya untuk tetap fokus menikmati alam dan aman selama pendakian.
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok Kembali Erupsi, Teramati Ada 14 Kali Letusan
Setelah mencapai Danau Taman Hidup, pendaki bisa rehat sejenak sembari mengisi persediaan air.
Perjalanan kemudian bisa dilanjutkan ke basechamp Desa Bremi Kabupaten Probolinggo. Estimasi perjalanan lima jam dengan medan jalur yang curam sedikit licin.
Perjalanan pendakian Gunung Argopuro memang memiliki kesan tersendiri, selain treknya yang panjang juga jalan ceritanya yang penuh makna.
“Kangen banget sama Gunung Argopuro. Terutama senja di Danau Taman Hidup dan pagi-pagi berkabut,” kata Silvi.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Mendaki Gunung Argopuro 'Trek Terpanjang di Pulau Jawa', Rehat di Danau Taman Hidup yang Mempesona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.