KOMPAS.com - Aktivitas erupsi Gunung Ile Lewotolok di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus diamati.
Menurut Petugas Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian menjelaskan, menurut grafik, peningkatan aktivitas erupsi di gunung tersebut terjadi sejak 27 September 2021.
Baca juga: Sejarah Letusan Gunung Ile Lewotolok di Lembata, Erupsi Pertama Tercatat Tahun 1660
Pada Sabtu (9/10/2021), dari pantauan petugas, terjadi 16 kali erupsi atau letusan yang disertai suara gemuruh dan dentuman lemah hingga kuat.
Berikut ini fakta terkini seputar aktivitas erupsi di Gunung Ile Lewotolok:
Baca juga: Erupsi Gunung Ile Lewotolok, Bandara di Lembata Tetap Beroperasi
Warga sekitar Gunung Ile Lewotolok pada Sabtu (9/10/2021) dikejutkan dengan suara dentuman dan gemuruh.
Salah satu warga setempat menjelaskan, suara tersebut sangat terdengar jelas.
"Baru saja terdengar ada suara dentuman keras. Suara gemuruh terdengar jelas sampai di kota Lewoleb," ujar Teddi Lagamaking kepada Kompas.com, Sabtu malam.
Sementara itu, menurut petugas pos pengamatan Gunung Ile Lewotolok, Syawaludin, di hari itu juga tercatat 16 kali letusan.
"Hari ini, dari pukul 12.00 sampai 06.00 teramati 16 kali letusan dengan tinggi 300 meter di atas permukaan dan warna asap putih dan kelabu," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Baca juga: Dentuman dan Gemuruh Gunung Ile Lewotolok Terdengar hingga Lewoleba, Lembata
Menurut penjelasan petugas Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian, suara gemuruh yang terdengar hingga di kota Lewoleba terjadi karena adanya magma dan batuan yang bergerak menuju permukaan.
Sementara itu, menurut Stanislaus, aktivitas tertinggi terjadi pada Senin (4/10/2021).
"Jumlah erupsi paling tinggi terjadi pada tanggal 4 Oktober 2021 yakni 74 kali erupsi hingga menyebabkan pesawat Wings Air dari Kupang gagal mendarat di Bandara Wunopito Lewoleba," kata Stanislaus.
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok Terus Erupsi, Teramati Ada 16 Kali Letusan