KOMPAS.com - Polisi menemukan persembunyian 35 kilogram (kg) bahan peledak jenis Triaceton Triperoxide Aseton Peroksida (TATP) di kaki Gunung Ciremai, Majalengka, Jawa Barat pada Jumat (1/10/2021) lalu.
Lokasi penemuan tepatnya di Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.
Sebanyak 5 kg di antaranya kemudian diledakkan di kaki Gunung Ciremai pada Selasa (5/10/2021).
Ledakannya sebabkan dentuman dahsyat yang terdengar hingga 10 km. Ledakan bahan peledak itu juga menyebabkan longsor di titik peledakkan.
Lantaran daya ledaknya yang dahsyat inilah, Triaceton Triperoxide Aseton Peroksida (TATP) disebut juga "Mother of Satan".
Baca juga: Penemuan 35 Kilogram Bahan Peledak TATP Berawal dari Pengakuan Narapidana
Penemuan 35 kg bahan peledak "Mother of Satan"
Bagaimana polisi bisa menemukan persembunyian 35 kg bahan peledak berbahaya tersebut?
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan menerangkan, ternyata pembocor lokasinya tidak lain adalah pemiliknya sendiri, yakni Imam Mulyana (31).
Menurut dia, puluhan kilogram TATP itu ditemukan dalam wadah terpisah-pisah di sekitar lokasi.
"Densus 88 Polri menemukan 35 kilogram TATP di TKP," kata Ramadhan di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (4/10/2021).
Baca juga: Densus 88 Temukan 35 Kilogram Bahan Peledak TATP di Kaki Gunung Ciremai Majalengka
Imam sendiri merupakan narapidana teroris Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap 2017 lalu.
Namun, baru Oktober 2021 ini, Imam baru mengakui pernah menyimpan bahan baku peledak seberat 35 kg yang disembunyikan di Gunung Ciremai.
Pengakuan Imam itu keluar setelah ia menjalankan ikrar untuk sumpah setia ke NKRI dan Pancasila.
Baca juga: Mengenal TATP, Bahan Baku Peledak Berjuluk Mother of Satan yang Ditemukan di Bekas Markas FPI
Siapakah Imam Mulyana, pemilik "Mother of Satan"?
Imam sendiri ditangkap pada 18 September 2017 ketika Presiden Joko Widodo akan menghadiri acara penutupan kegiatan Festival Keraton Nusantara (FKN) ke IX Tahun 2017 di Taman Gua Sunyaragi, Cirebon, Jawa Barat.
Imam ditangkap karena gerak-geriknya saat itu tampak mencurigakan.
Dari hasil penyelidikan awal pada saat itu, Imam diketahui terkait dengan jaringan JAD (Jemaah Ansharut Daulah).
Dia berniat merampas senjata anggota polisi yang berjaga mengamankan kedatangan Presiden sekaligus melukainya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.