Dari pekerjaan itu ia akhirnya bisa membeli sebuah smartphone dan mulai membuat akun media sosial mulai dari Facebook, Instagram, dan lainnya.
Setelah membuat akun media sosial, Ajeng mendapatkan pesan di akun instagramnya.
Pesan itu berisi bahwa Ajeng mirip sekali dengan keponakannya yang hilang. Setelah berbincang ternyata pengirim pesan adalah bibinya dari ayah kandung Ajeng.
Ajeng juga tidak mudah percaya pada saat itu, lalu dari pesan Instagram beralih ke video call.
"Video call ada bibi, ada nenek, pasti nangis pertama kali dikenalin saudara dari istri papa yang pertama," ujarnya.
Saat video call dengan sang bibi Ajeng selalu bertanya bagaimana keadaan ayahnya.
Tetapi selalu dijawab ayah sedang bekerja. Karena merasa terdesak, akhirnya bibinya jujur bahwa ayah Ajeng telah meninggal 4 tahun lalu.
“Sudah bertemu dengan nenek jadi sebelum pandemi nenek meninggal dunia. Nenek enggak ada, Ayah juga enggak ada,” kata dia.
Setelah bertemu dengan keluarga dari sang ayah, Ajeng mulai berniat mencari ibunya.
Dengan media sosial Twitter ia mencoba membuat utas pada akhir 2019 hingga awal 2020.
Ia memilih akun media sosial Twitter karena dianggap dapat menjangkau lebih luas jika dibanding media sosial lain.
“Saya browsing bagaimana cara membuat utas di Twitter karena kan twitter itu cepat sekali trending. Setelah membuat thread atau utas saya mendapatkan banyak sekali bantuan dari KPU Sleman dan juga Disdukcapil,” kata dia.
Seperti sudah ditakdirkan bertemu, pada pertengahan 2021, D juga coba mencari nama Ajeng di Twitter.
D kemudian menemukan berita soal anaknya.
“Saya mulai baca-baca beritanya mungkin ada 20 kali lebih saya baca,” kata dia.
Saat mencari nama Ajeng ini D sedang dalam kondisi sakit. Dia saat itu hanya bisa berdoa ingin bertemu dengan sang anak secepat mungkin.
“Saya saat itu sakit, pikiran saya sudah jelek. Saya ingin sebelum meninggal bertemu dengan anak saya,” katanya.
D mencoba berkontak dengan keluarga yang ada di Bogor dan bisa terhubung dengan Ajeng pada 13 Agustus 2021.
Akhirnya pada 29 Agustus Ajeng terbang ke Yogyakarta untuk bertemu dengan ibunya.
Saat bertemu D menceritakan apa yang terjadi pada 2006. Ajeng juga tidak memendam amarah kepada sang ibu.
“Alhamdulillah enggak marah mungkin kecewa. Saya juga berpesan kepada Ajeng agar jangan marah kepada orangtua angkatnya bagaimanapun Ajeng diasuh dan disekolahkan,” kata D.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.