Tak menyerah
Subairi tak bisa berjalan sejak 2010 lalu. Saat itu, ia masih mondok di Sumenep, Madura. Saat tengah pulang ke Karawang karena libur, ia tiba-tiba panas. Tak lama ia tak bisa jalan. Dokter menyebut hal itu berhubungan dengan syaraf.
"Saya sudah berobat ke banyak tempat, baik terapi maupun pengobatan medis lainnya, ke rumah sakit di Surabaya pun sudah," ujar dia.
Di usia belasan tahun itu, Subairi akhirnya memutuskan menerima keadaannya. Namun ia tak mau menyerah begitu saja.
"Saya berdamai dengan diri, menerima keadaan," ujar dia.
Lalu dengan untuk kemandiriannya, ia kemudian memodifikasi motornya. Ia tak ingin bergantung pada orang lain.
"Saat itu modifikasi habis sekitar Rp 7 juta. Saya modifikasi jauh sebelum menikah," kata dia.
Suatu hari, Subairi melihat peralon bekas bergelatakan di dekat rumahnya. Ia pun memutar otak. Ia lalu memungutnya. Dari tangan terampilnya, lahirlah lampu hias yang indah.
Modelnya macam-macam. Ada kaligrafi, kupu-kupu, Doraemon, hingga Ghost Rider. Harganya mulai Rp 50.000 hingga Rp 250.000.
"Kalau ditanya inspirasinya dari mana, ya karena kebutuhan apalagi sekarang sudah berkeluarga. Kemudian saya melihat peluang itu," ungkapnya sembari membenarkan kursi rodanya.
Satu lampu ia kerjakan satu hingga dua hari, tergantung bentuk. Sejauh ini pembeli lampu hias buatannya datang dari sekitar Jawa hingga luar Pulau Jawa.
"Alhamdulillah setelah saya pos di media sosial ada saja yang pesan. Ada yang pesan buat hiasan, kado, hingga souvenir pernikahan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.