KARAWANG, KOMPAS.com - Hari ini tujuh puluh enam tahun lalu, 16 Agustus 1945 dini hari Soekarno-Hatta diboyong kaum muda ke Rengasdengklok, Karawang.
Di sisi peristiwa itu, ada peran Kapten Raden Masrin Muhammad, Pimpinan Pembela Tanah Air (Peta) di Rengasdengklok.
Kapten Masrin kala itu berperan mengamankan jalur dan tempat yang dilalui dua tokoh proklamator beserta rombongannya.
Dengan kata lain, Kapten Masrin yang menjadi pelindung keduanya saat berada di Rengasdengklok.
Baca juga: Gedung Kawedanaan Rengasdengklok, Saksi Sejarah yang Kini Jadi Tempat Orang Mabuk
Sembari duduk bersila di atas karpet, Wiwin Winara menunjukkan foto-foto Kapten Masrin.
Saat duduk di Kantor Lurah Rengasdengklok dan saat selepas upacara peringatan HUT RI bersama rekan-rekan veteran.
Bagi anak keempat Kapten Masrin itu, peristiwa 16 Agustus bukanlah penculikan. Menurutnya, Soekarno-Hatta saat itu bersedia diboyong ke Rengasdengklok.
Keamanannya pun dijamin oleh para pemuda dan tentara Peta.
Kapten Masrin, kata Wiwin, bahkan telah membuat sebuah peta darurat Republik Indonesia (RI). Peta darurat RI itu dibuat oleh Kapten Masrin pada 14 Mei 1945 sampai 16 Agustus 1945.
Dalam keterangan peta digambarkan beberapa simbol batas kabupaten, sungai, irigasi, jalan raya provinsi, jalan kereta api besar, dan kecil, jalan daerah, dan batas wilayah RI darurat, dan simbol pertahanan.
"Sejak 14 Agustus, Rengasdengklok telah aman," ujar Wiwin, ditemui di makam Kapten Masrin, Dusun Bojong II, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Senin (16/8/2021).
Atas perannya itu, Kapten Masrin pun dianugerahi tanda jasa Pahlawan oleh Presiden Soekarno pada 10 November 1958. Juga penghargaan dari Kementerian Pertahanan Staf Angkatan Darat saat itu.
"Beberapa berkas tinggal fotokopi, aslinya disimpan di Kantor Veteran namun saat ini rusak," ujar Wiwin sembari menunjukkan dokumen ayahnya.